A. PENGERTIAN VEDA
Veda
berasal dari bahasa sanskerta, berakar kata Vid yang artinya ilmu pengetahuan.
Tetapi tidak semua ilmu pengetahuan dapat disebut veda. Veda adalah ilmu
pengetahuan yang mengandung tuntunan rohani agar manusia mencapai kesempurnaan
hidup atau paravidya. Veda juga mengandung ilmu pengetahuan tentang ciptaan
Brahman atau aparavidya untuk tujuan memuliakan hidup manusia dan alam semesta.
Veda
disebut sebagai kitab suci Agama Hindu, karena :
1. Berbentuk
buku atau kitab,
2. Disucikan
oleh pemeluk Agama Hindu, diyakini sebagai wahyu Tuhan,
3. Dipakai
sebagai pedoman dasar hidup oleh umat hindu dalam melakukan hidup
bermasyarakat.
Veda
juga disebut mantra, terutama ketika diucapkan dengan hikmat oleh para
sulinggih. Perhatikan ketika ada sulinggih atau pandiita yang sedang merapalkan
mantra, maka sulinggih itu disebut sebagai sedang ngaveda. Dalam konteks ini,
Veda berarti pujastuti atau mantra.
B. POKOK-POKOK AJARAN VEDA
Apabila
dikaji secara mendalam, sesungguhnya ajaran suci Veda yang bersumber dari wahyu
Tuhan mengandung hal yang pokok, yaitu
1. Tuntutan
hidup manusia. Ajaran suci Veda berisi tentang aturan tingkah laku manusia
berupa anjuran untuk berbuat baik, larangan untuk berbuat kejahatan, ganjaran
bagi mereka yang melakukan perbuatan baik, dan hukuman bagi mereka yang
melakukan kejahatan. Veda juga mengandung ajaran pokok tentang cara memuliakan
Tuhan. Pokok ajaran Veda ini memberikan motivasi kepada umat manusia untuk
selalu berbuat baik dan takwa kepada Tuhan.
2. Ajaran
yang relavan sepanjang jaman. Menurut Veda, wahyu tuhan ini tidak ada awal dan
tidak ada akhirnya. Veda selalu menjadi solusi terhadap permasalahan umat
manusia sepanjang zaman di semua belahan dunia. Veda adalah tuntunan bagi umat
hindu dalam melangsungkan kehidupan baik dalam berkeluarga, bermasyarakat, dan
bernegara. Veda sungguh sangat lengkap dan sempurna. Dari masalah hidup di
dalam kandungan sampai manusia meninggal dunia sudah diatur baik di dalam Veda.
Ilmu kedokteran, ilmu perbintangan, ilmu perang, dan sebagainya ada di dalam
Veda. Pada zaman sekarang, manusia sudah mampu menciptakan pesawat terbang,
telivisi, telepon, dan sebagainya. Sesungguhnya pada zaman Veda, hal itu sudah
ada. Veda dengan ajaran kita relefan sepanjang masa. Selama gunung Himalaya
menjulang ke angkasa menusuk langit, selama air sungai gangga mengalir ke laut,
maka veda akan abadi.
C. SIFAT DAN FUNGSI VEDA
Sifat Veda adalah Anadi dan Anantha
karena Veda merupakan wahyu Tuhan melalui para Maha Rsi. Sifat Veda dapat
dikategorikan, sebagai berikut:
1. Sifat
Veda tidak berawal karena Veda merupakan Sabda Tuhan yang telah ada sebelum
alam diciptakan;
2. Sifat
Veda tidak berakhir karena Veda berlaku sepanjang zaman;
3. Sifat
Veda berlaku sepanjang zaman, dari zaman manusia prasejarah sampai zaman
maodern;
4. Sifat
Veda mempunyai keluwesan dan tidak kaku namun tidak memiliki inti, pada
hakekatnya Veda bersifat fleksibel; dan
5. Sifat
Veda disebut Apauruseyam, maksudnya Veda tidak disuusn oleh manusia, melainkan
diterima olegh para Rsi melalui wahyu.
Adapun Fungsi Veda yaitu:
1. Veda
sebagai sumber kebenaran, sumber etika, dan sumber tingkah laku;
2. Veda
sebagai Kitab Suci Agama Hindu, dipergunakan untuk menuntun umat manusia dalam
usaha mencapai kesucian;
3. Veda
sebagai sumber ajaran kebenaran sehingga diutamakan oleh umat manusia di dunia.
Jadi
dapat dikatakan bahwa Veda merupakan keyakinan yang sangat mendasar untuk
mencapai tujuan akhir yaitu Moksartham
Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.
Penciptaan Alam Semesta Menurut Veda
Dalam Manawa Dharmasastra 1.5;
dijelaskan bahwa Alam semerta ini pada mulanya adalah bentuk kegelapan, tak
dapat dilihat tanpa ciri2 sama sekali, tak terjangkau leh daya pikiran, tak
dapat dikenal, se-olah2 sebagai orang yang tenggelam dalam tidur yang paling
menyenyakan.
Chandogya Upanisad 3.14.1 menyatakan bahwa semuanya adalah Brahman.
Tidak ada neraka abadi karena bahkan
neraka pun tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan. Bahkan, tidak ada surga atau
neraka pada akhir zaman. Semesta hanyalah manifestasi dari Yang Kuasa, dan akhir
dari siklus semesta yang sekarang disebut “Mahapralaya” saat semua kembali pada
Purusa. Di akhir zaman, tidak ada surga, tidak ada neraka dan tidak ada jiwa.
Matsya Purana 2.25-30, penciptaan diceritakan terjadi setelah Mahapralaya,
leburnya alam semesta, kegelapan di mana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur.
Tidak ada materi apapun, baik yang bergerak maupun tak bergerak. Lalu
Svayambhu, self being, menjelma, yang merupakan bentuk di luar indra. Ia
menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan di
dalamnya. Bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu Svayambhu memasuki telur
itu, dan disebut Visnu karena memasukinya.
Manawa Dharmasastra 1.8-11; Ia (Tuhan) yang ingin menciptakan dirinya sendiri semua
makhluk2 hidup yang beranekaragam, mula2 dengan pikiranNYa terciptalah benih
dan benih itupun menjadi telor alam yang maha suci dan maha terang, dalam telor
itulah Ia menciptakan dirinya sebagai Brahman, pencipta dan cikal bakal dari
alam semesta. dari cikal bakal (sebab) yang pertama ini, yang tak berbedakan,
kekal yang nyata dan tak nyata, munculah purusa.
Rg. Veda menjelaskan bahwa sebelum
penciptaan Alam semesta dalam bentuk tak berwujud yang disebut rahim emas,
rahim dari semesta atau Hiranyagharba.
“Sebelum penciptaan adalah rahim emas,
ia adalah tuan dari segala yang lahir. Ia memegang bumi.” – Rg. Veda 10.121.1
Sebelum penciptaan yang ada hanya
kosong. Belum ada ruang maupun waktu. Tak ada materi.
“Pada mulanya sama sekali tiada
apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer.” - Taittiriya Brahmana 2.2.9.1
“Seluruh semesta termasuk bulan,
matahari, galaksi dan planet-planet ada di dalam telur. Telur ini dikelilingi
oleh sepuluh kualitas dari luar.”
- Vayu Purana 4.72-73
“Di akhir dari ribuan tahun, Telur
itu dibagi dua oleh Vayu.” - Vayu
Purana 24.73
“Dari telur emas, alam material
diciptakan.” - Manusmrti 1.13
istilah telur emas atau telur alam
sekedar merupakan bahasa yang melukiskan sifat2 yang mengandung ide kesucian /
keistimewaan. Saat Penciptaan Semesta, Purusa/Prajapati/Brahman menciptakan dua
kekuatan yang disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (batin / nama) dan Prakerti
(pradana/rupa) yaitu kekuatan kebendaan. Kemudian timbul “citta” yaitu alam
pikiran yang dipengaruhi oleh Tri Guna yaitu Satwam (sifat kebenaran / Dharma),
Rajah (sifat kenafsuan / dinamis) dan Tamah (Adharma / kebodohan / apatis).
Kemudian timbul Budi (naluri pengenal), setelah itu timbul Manah (akal dan
perasaan), selanjutnya timbul Ahangkara (rasa keakuan). Setelah ini timbul Dasa
indria (sepuluh indria/gerak keinginan) yang terbagi dalam kelompok;
- Panca Budi Indria
yaitu lima gerak perbuatan/rangsangan: Caksu indria (penglihatan), Ghrana
indria (penciuman), Srota indria (pendengaran), Jihwa indria (pengecap),
Twak indria (sentuhan atau rabaan).
- Panca Karma Indria
yaitu lima gerak perbuatan/penggerak: Wak indria (mulut), Pani (tangan),
Pada indria (kaki), Payu indria (pelepasan), Upastha indria (kelamin).
Setelah itu timbullah lima jenis
benih benda alam ( Panca Tanmatra): Sabda Tanmatra (suara), Sparsa Tanmatra
(rasa sentuhan), Rupa Tanmatra (penglihatan), Rasa Tanmatra (rasa), Gandha
Tanmatra (penciuman). Dari Panca Tanmatra lahirlah lima unsur-unsur materi yang
dinamakan Panca Maha Bhuta, yaitu Akasa (ether), Bayu (angin), Teja
(sinar), Apah (zat cair) dan Pratiwi (zat padat).
Pancamahabhuta berbentuk Paramānu
atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta
bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet
dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadangkala ada
salah satu unsur yang mendominasi.
“dan juga diciptakan tingkatan
daripada Dewa2 yang memiliki hidup dan sifat bergerak, juga diciptakan Sandhya
serta Yadnya yang kekal. diciptakan juga olehNYA waktu, bagian dari waktu, gugusan2,
bulan2 dan planet2” - Manawa
Dharmasastra 1.22-24
“dengan memakai lima macam unsur
alam yang halus (panca tanmatra) sebagai sarana seluruh alam ini dibentuk
olehNya dengan susunan yang teratur secara sempurna, Ia menentukan tujuan dari
ciptaannya untuk selanjutnya arah itu merupakan jalan yang tetap dari ciptaanya
yang mengikutinya” - Manawa Dharmasastra 1.27-28
Unsur-unsur tersebut dicampur dengan
Citta, Buddhi, Ahamkara, Dasendria, Pancatanmatra dan Pancamahabhuta. Dari
pencampuran tersebut, timbulah benih makhluk hidup, yaitu Swanita dan Sukla.
Pertemuan kedua benih tersebut menyebabkan terjadinya makhluk hidup.
Teori penciptaan Veda lebih jauh
dijelaskan dalam Bhagavata Purana/ Srimad Bhagavatam;
Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-lapisan unsur yang menutupi alam
semesta, masing-masing sepuluh kali lebih tebal dari lapisan sebelumnya, dan
kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama kelihatan bagai atom-atom dalam
kombinasi yang besar.”
Srimad Bhagavatam (5.20.43-46) : “Matahari berada di pertengahan alam semesta, yaitu di
wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka”
Sementara itu pada Srimad
Bhagavatam skanda 5 bab 24 mengatakan munculnya alam semesta dari
pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu, dari sini muncul
Garbhodakasayi Visnu yang berikutnya dari pusar Beliau muncul bentuk yang
menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk
hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai
arsitek yang menciptakan susunan galaksi beserta isinya dalam satu alam semesta
yang dikuasainya. Alam semesta berjumlah jutaan dan tidak terhitung banyaknya
yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam semesta
memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda.
Ada Dewa Brahma yang berkepala 4
seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada
juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32
dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan
dalam sebuah alam semesta dan di seluruh jagat material terdapat sangat banyak
dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma bermuka empat yang telah biasa dibicarakan
oleh umat Hindu saat ini.
Hal pertama yang diciptakan Brahma
adalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari
tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini
dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam
setiap atom. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap
unsur dalam ciptaannya. Setelah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis
kehidupan mulai dari para dewa, alien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai
pada bakteri yang keseluruhannya berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.
Ketika alam semesta berekspansi, Ia
juga diberi nama Virata yang diturunkan dari akar kata ‘Vr’ yang artinya untuk
menutupi yang juga berarti ‘sangat besar’.
“Vrtra menutupi kesemua tri loka.” - Taittiriya Samhita 2.4.12.2
“Vrtra berada jauh di atas di
Antariksa.” – Rg.Veda 2.30.3
Tri loka melukiskan alam semesta,
jadi disini Vrtra menutupi alam semesta. Jika Vrtra ada di batas alam semesta,
ia bisa dikatakan berada ditempat yang jauh sekali.
Dalam Rg.Veda 1.32 dilukiskan
bahwa Vrtra (sang ular) menahan air, dimatra 12 dijelaskan bahwa kekalahan
Vrtra dari Indra membebaskan tujuh sungai untuk mengalir. Pembebasan tujuh
sungai (sapta sindhu) oleh Indra bukanlah disebutkan hanya satu kali, tapi
berulang-ulang kali dalam Rg.Veda. Ide dimana ular menahan air juga ditemukan dalam
manuskrip yang berbeda-beda diseluruh dunia.
Mitos dari Quiches, suku Indian di
Amerika Selatan, bisa ditemukan di Popol Vuh. Suku Quiches percaya bahwa pada
mulanya adalah air dan ular berbulu.
Dalam Rg.Veda 4.17.13 Indra
disebut sebagai Asanimana yang artinya Ia yang menguasai petir. Lebih lanjut
dalam Kausitaki Brahmana 6.9, Indra disebut sebagai Asani (petir).
Satapatha Brahmana mengatakan: “Siapakah Indra dan siapakah Prajapati? Petir
adalah Indra dan Yajna adalah Prajapati.” - Satapatha Brahmana 11.6.3.9
Lebih lanjut dalam Rg.Veda bab
II.72.4 disebutkan
“Aditer dakso ajayata, daksad
uaditih pari” artinya : Dari aditi (materi)
asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi).
Mengakomodir pemaparan ayat-ayat
Veda tentang penciptaan alam semesta, Veda mengajukan teori baru yang berbeda
dengan teori penciptaan yang umum dikenal sekarang.
Secara garis besar Veda mengatakan
bahwa alam semesta muncul dari pori-pori Tuhan yang merupakan energi maha besar
dan berikutnya berkembang dan terus meluas membentuk materi yang memenuhi
semesta raya.
Lebih lanjut, Srimad Bhagavatam
dalam skanda yang sama menjelaskan pada akhir peleburan suatu alam semesta,
alam semesta akan kembali masuk ke dalam pori-pori Tuhan.
Sementara itu pada akhir abad ke-20
para ilmuan mengamati adanya lubang hitam yang memiliki medan gravitasi sangat
besar dan bahkan menarik cahaya masuk ke dalamnya, benda inilah yang disebut
sebagai Black Hole. Jadi dikaitkan dengan fenomena tertariknya materi termasuk
cahaya ke dalam lubang hitam ini, penulis mengajukan hipotesa dengan nama baru
sesuai dengan konsep penciptaan dan peleburan alam semesta versi Veda, yaitu
konsep Black Hole – White Hole. Meskipun pada kenyataannya saat ini belum satupun
ilmuan yang mengamati keberadaan White Hole, White Hole barulah sebuah teori
yang dihasilkan dari pemodelan Relativitas umum.
Black Hole adalah sebagai lubang tempat materi (aditi) kembali berubah
menjadi energi (daksa) dan White Hole adalah lubang tempat energi
(daksa) berubah menjadi materi (aditi). Dari satu White Hole akan terbentuk
gelembung besar yang pada akhirnya membentuk satu alam semesta yang antara satu
alam semesta dengan alam semesta lainnya masing-masing dibatasi oleh tegangan
permukaan/lapisan yang sangat kuat
[lihat Srimad Bhagavatam (3.11.41) ].
Dalam satu alam semesta sendiri juga
terbentuk gelembung-gelembung (phena) yang memberi jarak yang tidak merata
antara satu susunan galaksi dengan yang lainnya [lihat Satapatha Brahmana 6.1.3.2] Sementara itu di
jagat raya terdapat jutaan White Hole yang masing-masing memunculkan satu
gelembung alam semesta. Akankah fenomena White Hole belum teramati oleh
teleskop tercanggih, Hubble sampai saat ini? White Hole muncul saat awal
lahirnya alam semesta material. Hanya saja, apakah saat ini proses penciptaan
alam material sebagaimana lahirnya alam semesta masih berlangsung?
Penciptaan Manusia dan Isi Bumi
Teori penciptaan Veda mengenai isi
bumi dapat dilihat dalam kitab Veda Smriti yaitu Manawa Dharma sastra. disana
disebutkan Brahman menciptakan mahlkuk hidup dan isi alam ini melalui tapaNya;
“kemudian Aku ingin menciptakan
mahluk2 hidup, menjalankan tapa dengan maksud menciptakan sepuluh maharsi
pemimpin dari mahluk hidup” - Manawa
Dharmasastra 1.34
“mereka menjelmakan Tujuh Manu lagi
yang memiliki cahaya cemerlang, para dewa dengan tingkat2annya dan maharsi yang
memiliki kekuatan batin yang tinggi”
- Manawa Dharmasastra 1.36
“diciptakan pula para yaksa, raksasa
dan banyak tingkatan roh, kilat, guruh, mendung, pelangi, hujan, suara2 gaib,
bintang2 yang bergerak serta sinar2 langit yang beraneka ragam. para kinnara,
tumbuhan, berbagai jenis ikan, kura2, burung2, binatang, manusia dan segala
macam benda2 tak bergerak. demikian semua ciptaan yang bergerak maupun tak
bergerak, diciptakan oleh MahaAtma dengan kekuatan tapanya, semuanya atas
perintahKu dan menurut hasil daripada perbuatannya” - Manawa Dharmasastra 1.37-41.
“ada Enam Manu lagi yang berjiwa
suci dan berpikiran sangat tinggi, yang menjadi warga manu keturunan dari
Swayambhu Manu yang telah menjadikan semua mahluk hidup di dunia ini” - Manawa Dharmasastra 1.61
“ketujuh Manu yang gemilang ini yang
pertama adalah Swayambhu Manu, mengadakan dan melindungi semua mahluk hidup dan
benda mati di dunia ini sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan baginya” - Manawa Dharmasastra 1.63
Dalam agama Hindu, Manu
adalah pemimpin setiap Manwantara, yaitu suatu kurun zaman dalam satu kalpa.
Ada empat belas Manwantara, sehingga ada empat belas Manu. Daftar para Manu dipaparkan
di bawah ini dari manu pertama sampai manu ke empat belas; Swayambu, Swarocisa,
Utama, Tamasa, Raiwata, Caksusa, Waiwaswata, Sawarni, Daksasawarni,
Brahmasawarni, Darmasawarni, Rudrasawarni, Rocya atau Dewasarni dan Botya atau
Indrasawarni. Zaman sekarang adalah Manwantara ketujuh dan oleh Manu ketujuh
yang bergelar Waiwaswata Manu. Jadi, tujuh Manwantara lainnya akan terjadi
di masa depan, dan dipimpin oleh seorang Manu yang baru. Menurut Hindu,
keberadaan alam semesta tak lepas dari siklus kalpa. Satu kalpa berlangsung
selama jutaan tahun, dan satu kalpa terdiri dari empat belas Manwantara (siklus
Manu).
Manu yang pertama adalah Swayambu
Manu, sebagai kakek moyang manusia.
Swayambu Manu menikah dengan Satarupa dan memiliki keturunan. Anak cucu dari
Manu disebut Manawa (secara harfiah berarti keturunan Manu), merujuk
kepada manusia zaman sekarang. Menurut agama Hindu, Swayambu Manu dan
Satarupa merupakan pria dan wanita pertama di dunia .
Waiwaswata Manu, atau Manu yang
sekarang, dikatakan merupakan putra dari Surya (Wiwaswan), yaitu dewa matahari
menurut mitologi Hindu. Waiwaswata Manu terlahir pada zaman Satyayuga dan
mendirikan kerajaan bernama Kosala, dengan pusat pemerintahan di Ayodhya. Ia
memiliki sepuluh anak: Wena, Dresnu (Dresta), Narisyan (Narisyanta), Nabaga,
Ikswaku, Karusa, Saryati, Ila, Persadru (Persadra), dan Nabagarista. Dalam
kitab Matsyapurana, ia muncul sebagai raja yang menyelamatkan umat manusia dari
bencana air bah setelah mendapat pesan dari Wisnu yang berwujud ikan (Matsya Awatara).
Cerita penyelamatan raja dan mahluk hidup ini sangat mirip dengan riwayat Nabi
Nuh (kisah perahu Noah/Nuh dalam torah) yang menyelamatkan mahluk hidup dari
bencana air bah.
Manwantara (Sanskerta: मन्वन्तर ) adalah satuan waktu dalam agama Hindu yang terdiri dari
71 Mahayuga. Menurut mitologi Hindu, bila 14 Manwantara telah berlalu, maka
seluruh dunia akan dihancurkan. Saat ini, sudah enam manwantara berlalu dan
zaman sekarang adalah manwantara ketujuh. Jadi, masih ada tujuh manwantara lagi
sebelum dunia dihancurkan.
Menurut kitab Purana, dunia
terbagi menjadi empat zaman, diawali oleh Satyayuga (zaman kebenaran), dan
diakhiri oleh Kaliyuga (zaman kegelapan). Setelah Kaliyuga berakhir, dimulailah
Satyayuga yang baru. Demikian seterusnya dan siklus dari zaman Satyayuga menuju
Kaliyuga disebut Mahayuga. Menurut kitab Brahmapurana, satu Mahayuga
berlangsung selama 12.000 tahun para dewa atau 4.320.000 tahun manusia.
Secara singkat diuraikan sebagai
berikut:
Satyayuga (1.728.000 tahun),
Tretayuga (1.296.000 tahun), Dwaparayuga (864.000 tahun), Kaliyuga (432.000
tahun), Sehinga lama Mahayuga (4.320.000 tahun)
71 Mahayuga membentuk satu
manwantara. Dengan demikian, lama
berlangsungnya 1 manwantara dapat dihitung sebagai berikut:
- 1 Mahayuga = 4.320.000 tahun
- 71 Mahayuga = 1 Manwantara
- 1 Manwantara = 71 × 4.320.000 tahun = 306.720.000 tahun
Maka, satu manwantara berlangsung
selama 306.720.000 tahun. Setelah 14 manwantara berlangsung, maka tercapailah
periode satu Kalpa. Alam semesta dihancurkan setiap periode satu Kalpa.
Menurut berbagai kitab Purana, zaman sekarang adalah manwantara ketujuh,
berarti enam manwantara telah berlalu dan masih ada tujuh manwantara lagi
sebelum dunia dihancurkan.
mengenai kiamat juga sudah dijelaskan
dalam Veda, bahwa kiamat itu sendiri sudah biasa dan sudah pernah terjadi
berulang-ulang kalinya;
“mawantara2, penciptaan dan
kiamatnya dunia ini telah ber-ulang2 kali”
Manawa Dharmasastra 1.80
Teori Penciptaan Modern
Teori Big Bang adalah salah satu pengembangan model kosmologi homogen dan
uniform yang didasarkan pada relativitas Einstein, de Sitter dan Fiedmann.
Dengan pertimbangan tersebut, pemilihan unit untuk dispersi massa-energi
menjadi sangat penting. Kita tahu bahwa planet-planet dan bintang-bintang
tidaklah terdistribusi merata. Para ilmuwan memilih skala yang lebih besar,
pada awalnya dipercayai galaksi tersebar secara merata diseluruh angkasa luar.
Ketika Hubble melakukan survey
pada 44,000 galaksi, Sayangnya ia tidak menemukan distribusi merata, bahkan ia
menemukan pengelompokan (clustering). Penelitiannya dilanjutkan oleh Fritz
Zwicky pada tahun 1938 yang menemukan juga bahwa galaksi mengelompok dan tidak
terdistribusi merata. Hal ini yang mendasari bahwa kelompok galaksi (cluster of
galaxies) adalah unit yang cocok dan kelompok galaksi ini tersebar secara
merata di angkasa.
Galaksi kita, Bima Sakti, adalah
bagian dari kelompok dua puluh lima galaksi. Astronomer Perancis Gerard de
Vaucouleurs melakukan penelitian dalam skala yang lebih besar lagi pada tahun
1950, dan menemukan bahwa kelompok galaksi juga tidak terdistribusi merata. Ia
mengelompokkan galaksi dalam supercluster yang mempunyai rentang 200
juta-tahun-cahaya. Para ilmuwan kemudian percaya bahwa supercluster galaksi ini
adalah unit yang lebih tepat karena semesta tampak terdistribusi merata. Tapi
ada lagi penemuan baru yang mendapatkan bahwa supercluster terletak pada
gelembung raksasa. Di dalam gelembung adalah rongga besar tanpa ada galaksi
hampir tak ada massa dan energi.
Uniknya Veda mempunyai referensi
tentang struktur raksasa ini pada Satapatha Brahmana:
“Ketika Apah dipanaskan, gelembung
(Phena) tercipta” - Satapatha Brahmana 6.1.3.2
Definisi Apah sudah dijelaskan di
atas bahwa itu bukan semata-mata air. Ada cukup referensi untuk membuktikan
bahwa orang suci Veda menganggap Apah melingkupi seluruh alam semesta. Dengan
tanpa mengetahui arti sains dari Apah, semua agama dan mitologi membicarakan
alam semesta yang ditutupi oleh air pada awal penciptaan.
Mantram yang dikutip diatas, dengan
jelas membuktikan bahwa orang suci Veda berpendapat bahwa tegangan permukaan
bekerja sehingga Apah menjadi berbentuk gelembung. Ditemukannya gelembung
raksasa dalam skala besar pada struktur alam semesta membuktikan adanya
tegangan permukaan dalam evolusi semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar