Kepercayan dan keyakinan akan adanya Hyang Widhi dapat diperoleh melalui:
- Agama Pramana: berdasarkan ajaran yang terdapat dalam kitab suci.
- Pratiyaksa Pramana: merasakan atau mengalami langsung dengan jelas dan nyata.
- Anumana Pramana: menarik kesimpulan berdasarkan logika, dari unsur-unsur: gerakan, sebab-akibat, keharusan, kesempurnaan dan keteraturan.
- Upamana Pramana: analogi, yaitu kesimpulan berdasarkan perbandingan dari unsur-unsur: metafora (penciptaan), struktural (bahan penciptaan), dan kausal (akibat dari suatu sebab).
Setelah percaya dan yakin, manusia dapat menempuh empat jalan menuju kepada-Nya
- Bhakti Marga: menyembah, memuja, menghormati, dan menyayangi.
- Karma Marga: bekerja, berbuat mencapai tujuan hidup dilandasi ajaran Weda.
- Jnana Marga: mempelajari kitab suci sebagai sumber ilmu pengetahuan.
- Yoga Marga: olah badan dan pikiran untuk menghubungkan atma dengan parama atma.
Keempat jalan itu tidak dilaksanakan sendiri-sendiri, tetapi serentak bersamaan, namun keseimbangannya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu kitab suci menyebutkan hal-hal yang bersifat harus dilaksanakan dan yang tidak boleh dilaksanakan:
1. Catur Purushaarta: dharma, arta, kama, dan moksa, yang urutannya tidak boleh ditukar karena tiada arta dapat diperoleh tanpa melalui dharma, tiada kama diperoleh tanpa arta, seterusnya tiada moksa diperoleh tanpa melalui dharma, arta, dan kama.
2. Sistacara: kehidupan suci yang membentuk susila.
3. Sadacara: taat pada peraturan atau perundangan yang sah.
4. Atmanastusti: memelihara hati nurani yang suci.
5. Menjauhkan diri dari Sad Tatayi: agnida (membakar atau memarahi orang), wisada (meracun), atharwa (memakai ilmu hitam), sastraghna (mengamuk), dratikrama (memperkosa), rajapisuna (memfitnah).
6. Waspada pada Sad Ripu yang ada pada diri kita: Kama (nafsu), Lobha (serakah), Kroda (marah), Mada (mabuk), Moha (sombong), Matsarya (cemburu, dengki, iri hati).
7. Laksanakan Trikaya Parisudha:
- Kayika (perbuatan yang baik, yaitu tidak: membunuh, mencuri, berzina)
- Wacika (perkataan yang baik, yaitu tidak: berkata keras, memaki, memfitnah dan setia pada perkataan sendiri)
- Manacika (pikiran yang baik, yaitu: tidak dengki pada kepunyaan orang lain, percaya pada hukum karma-phala, dan sayang kepada semua mahluk)
8. Senantiasa melakukan Asada Brata:
- Dharma (taat pada hakekat kebenaran)
- Satya (setia pada nusa-bangsa-negara)
- Tapa (mengendalikan diri)
- Dama (tenang dan sabar)
- Wimatsarira (tidak dengki, iri, serakah)
- Hrih (punya rasa malu)
- Titiksa (tidak gusar)
- Anasuya (tidak bertabiat jahat)
- Yadnya (berkorban)
- Dana (dermawan)
- Dhrti (mensucikan diri)
- Ksama (memaafkan)
9. Kemampuan mengendalikan Dasa Indria:
- Srotendria (pendengaran)
- Twakindria (alat peraba/ kulit)
- Granendria (penciuman)
- Caksundria (mata)
- Wakindria (lidah/ perkataan)
- Panindria (gerakan tangan)
- Payundria (membuang kotoran)
- Jihwendria (gerakan kaki)
- Pastendria (kelamin)
10. Mengendalikan diri melalui Yama Brata:
- Anrsamsa (tidak egois)
- Ksama (pemaaf)
- Satya (setia)
- Ahimsa (tidak membunuh/ menyakiti)
- Dama (sabar dan tenang)
- Arjawa (tulus ikhlas)
- Pritih (welas asih)
- Prasada (tidak berpikir buruk)
- Madhurya (bermuka manis secara tulus)
- Mardawa (lemah lembut)
11. Menegakkan disiplin melalui Niyama Brata:
- Dana (dermawan)
- Ijya (bersembahyang)
- Tapa (mengekang nafsu)
- Dhyana (menyadari kebesaran Hyang Widhi)
- Swadhyaya (rajin belajar)
- Upasthanigraha (menjaga kesucian hubungan sex)
- Brata (mengekang nafsu)
- Upawasa (puasa)
- Mona (mengendalikan pembicaraan
- Snana (menjaga kesucian lahir-bathin)
12. Dharmasastra Raja (swadharma seorang pemimpin pemerintahan) adalah: Catur Nayasandhi:
- Sama (meredam kemarahan musuh)
- Dana (memberikan hadiah kepada lawan)
- Beda (memecah belah kekuatan lawan)
- Danda (bertindak tegas pada saat yang tepat)
Serta melaksanakan Astha brata:
- Indra brata (adil)
- Yama brata (menghukum yang bersalah)
- Surya brata (melindungi dan menerangi)
- Candra brata (menciptakan kedamaian)
- Bayu brata (menguatkan pertahanan)
- Kwera brata (mensejahterakan)
- Baruna brata (kemampuan menyerang)
- Agni brata (mendorong semangat)
13. Mengatur kehidupan dalam Catur Ashrama, yaitu:
- Brahmacari (masa kehidupan belajar/ menuntut ilmu secara formal)
- Griyahasta (masa berumah tangga dan mengembangkan keturunan)
- Wanaprasta (mengurangi ikatan pada keduniawian)
- Bhiksuka (mensucikan diri/ menjadi orang suci)
Apabila keempat marga dilaksanakan dengan baik, maka manusia akan memiliki Sad Guna:
- Sandhi: mudah keluar dari kesulitan hidup
- Wigrha: berpengaruh
- Jana: perkataannya dituruti
- Sana: selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
- Wisesa: bijaksana, berwibawa, mudah menaklukkan adharma
- Srya: mendapat simpati/ disenangi
Pribadi-pribadi yang dalam keadaan Sad Guna akan membiaskan fibrasinya pada kelompok manusia sehingga terwujudlah masyarakat yang bercirikan:
- SATYAM: taat beragama
- SIWAM: kasih sayang
- SUNDARAM: sejahtera materiil dan immateriil
Satyam, Siwam, Sundaram adalah unsur-unsur yang sangat menentukan upaya manusia mencapai Moksartham Jagadhita (kebahagiaan lahir/ bathin)
Atman yang dalam kehidupannya sebagai manusia telah mencapai moksartham jagadhita akan memudahkan transformasinya menuju persatuan dengan Brahman (Hyang Widhi). Oleh karena itu maka pencapaian moksartham jagadhita sering juga disebut sebagai pencapaian sorga.
Pencapaian sorga adalah tujuan akhir atman sehingga tidak menjelma lagi. Hakekat kehidupan manusia di Bumi adalah menggunakan sebaik-baiknya kesempatan hidup yang singkat ini.
http://stitidharma.org/satyam-siwam-sundaram-untuk-menuju-moksartham-jagadhita-the-leaflet/#more-590
Tidak ada komentar:
Posting Komentar