Panca
Yadnya
Yang dimaksud dengan Panca Yadnya adalah : Panca artinya lima dan Yadnya artinya upacara
persembahan suci yang tulus ikhlas kehadapan Tuhan yang dalam istilah Bali
masyarakat Hindu menyebutkan Ida Sanghyang Widi Wasa.
1. Dewa
Yadya
Dewa Yadya, adalah
persembahan yang tulus iklhas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala
manifestasinya. Dewa Yadnya dilaksanakan terutama dalam rangka memenuhi
kewajiban Dewa Rna, yakni hutang hidup kepada Ida Sang Hyang Widhi.
Pelaksanaan Dewa Yadnya dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk. Aktivitas kehidupan sehari-hari dapat
diwujudkan menjadi yadnya dengan cara melaksanakan semua aktivitas yang
didasari oleh kesadaran, keikhlasan, penuh tanggung jawab dan menjadikan
aktivitas tersebut sebagai persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
sebagaimana sabda Tuhan melalui Bahagawad Gita dalam beberapa sloka seperti :
Yajòàathàt karmano ‘nyatra loko ‘yaý
karma-bandhanah,
Tad-artham karma kaunteya mukta-saògaá
samàcara
( Bhagawad
Gita, III.9 )
Artinya:
Kecuali kerja yang dilakukan sebagai dan untuk tujuan pengorbanan, dunia ini terbelenggu oleh kegiatan kerja. Oleh karena itu, wahai putra Kunti ( Arjuna), lakukanlah kegiatanmu sebagai pengorbanan dan jangan terikat dengan hasilnya.
Kecuali kerja yang dilakukan sebagai dan untuk tujuan pengorbanan, dunia ini terbelenggu oleh kegiatan kerja. Oleh karena itu, wahai putra Kunti ( Arjuna), lakukanlah kegiatanmu sebagai pengorbanan dan jangan terikat dengan hasilnya.
Tasmàd asaktaá satataý kàryaý
karmasamàcara,
Asakto hy àcaran karma param àpnoti
pùrsaá
( Bhagawad Gita, III.19 )
Artinya:
Oleh karena itu, tanpa keterikatan, lakukanlah selalu kegiatan kerja yang harus dilakukan, karena dengan melakukan kerja tanpa pamrih seperti itu membuat manusia mencapai tingkatan tertinggi.
Oleh karena itu, tanpa keterikatan, lakukanlah selalu kegiatan kerja yang harus dilakukan, karena dengan melakukan kerja tanpa pamrih seperti itu membuat manusia mencapai tingkatan tertinggi.
Saktàá karmaóy awidwàmso yathà kurwanti
bhæata,
Kuryàd widwàýs tathàsaktaú cikìrûur
loka-saògraham
( Bhagawad Gita, III.25 )
Artinya:
Bhàrata
Seperti orang bodoh yang bekerja karena
pamrih dari kegiatannya, demikian pula hendaknya orang terpelajar bekerja,
wahai ( Arjuna ), tetapi tanpa pamrih dan semata-mata dengan keinginan
untuk memelihara kesejahteraan tatanan dunia ini saja.
Selanjutnya jika kita beryadnya
dalam bentuk dana/harta , atau beryadnya dalam bentuk jnana (pengetahuan), atau
yadnya dalam bentuk tapa serta yadnya dalam bentuk persembahan/upakara haruslah
dilakukan dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Jika semua yadnya yang dilaksanakan
dengan tujuan sebagai persembahan kepada Tuhan maka jadilah yadnya tersebut
Satwika. Dalam Kitab Suci Bhagawad Gita banyak dijelaskan berbagai bentuk
yadnya yang Satwika.
2. Rsi
Yadnya
Rsi
Yadnya, adalah persembahan yang tulus ikhlas kepada para rsi dan orang suci.
Pelaksanaan yadnya ini sebagai wujud terima kasih atas segala jasa yang telah
diberikan oleh para rsi dan orang suci pada kita . Menurut Hindu atas jasa para
rsi dan orang suci ini menyebabkan kita memiliki hutang yang disebut Rsi Rna.
Contoh Rsi Yadnya yang berbentuk
Upakara adalah Rsi Bojana. Sedangkan bentuk lain Rsi Yadnya adalah dengan
melaksanakan ajaran-ajaran suci para rsi, hormat dan bakti serta melayani para
sulinggih/ orang suci secara tulus ikhlas. Dalam melaksanakan upacara
seharusnya sang yajamana menghaturkan punia daksina pada sulinggih/ pemuput
karya yang sesuai, sebab jika tidak maka karma baik atas upacara yadnya yang
dilaksanakan akan menjadi milik sang pemuput karya.
3. Pitra
Yadnya
Pitra
Yadnya, adalah pengorbanan yang tulus ikhlas untuk para leluhur dan orang tua.
Pitra yadnya wajib dilakukan untuk membayar hutang hidup kepada orang tua dan
leluhur yang disebut Pitra Rna.Tanpa ada leluhur dan orang tua sangat mustahil
kita akan lahir di dunia ini. Oleh karena itu hutang hidup ini harus dibayar
dengan bentuk Upacara Pitra Yadnya.
Di Bali Upacara Pitra Yadnya
dikenal memiliki beberapa tingkatan seperti :
a. Sawa Prateka, yakni upacara
perawatan dan penyelesaian jenasah seperti dikubur ( mekingsan ring pertiwi ),
dibakar ( mekingsan ring geni) dsb.
b. Asti Wedana yaitu tingkatan
upacara pitra yadnya yang lebih tinggi yang umumnya disebut NGABEN. Bentuk asti
wedana adalah :
1.
Sawa Wedana yaitu upacara ngaben bila yang dibakar
adalah jenasah. Upacara ini dikenal juga dengan nama SWASTA.
2.
Asti Wedana yaitu upacara pengabenan dengan
membakar jenasah yang sudah berbentuk tulang ( sudah dikubur terlebih dahulu).
3.
Ngerca Wedana yaitu upaca ngaben dengan membakar
simbol sebagai pengganti tulang/jenasah orang yang sudah meninggal. Upacara ini
biasanya dilakukan untuk orang yang waktu meninggal telah mekingsan ring geni,
atau meninggal tetapi jenasahnya tidak ditemukan ( misalnya meninggal di laut
atau di hutan ), atau juga jenasah yang dikubur tetapi tulangnya tidak
ditemukan.
c. Atma Wedana, yaitu upacara
tingkat berikutnya yang bertujuan lebih menyempurnakan jiwatman yang telah
diabenkan dari alam surga menuju alam dewa/moksa.
Bentuk atma wedana antara lain, ngeroras, mukur, maligia.
Bentuk atma wedana antara lain, ngeroras, mukur, maligia.
Disamping bentuk upacara pitra
yadnya sebagaimana dijelaskan di atas yang lebih penting dilakukan masa kini
adalah bagaimana usaha kita untuk menjunjung nama baik dan kehormatan leluhur
dan orang tua. Jadi pitra yadnya dalam kaitan kewajiban sebagai siswa adalah
dengan belajar sebaik-baiknya sebagaimana harapan orang tua. Melayani orang tua
semasih hidup dengan ikhlas serta tidak mengecewakan dan menyakiti hati orang
tua adalah merupakan pitra yadnya utama.
4. Manusa
Yadnya
Manusa
Yadnya, adalah pengorbanan yang tulus ikhlas untuk kebahagiaan hidup manusia.
Sesuai dengan pengertian tersebut maka segala bentuk pengobanan yang bertujuan
untuk kebahagiaan hidup manusia adalah tergolong manusa yadnya. Selama ini
pemahaman sebagian umat Hindu bahwa manusa yadnya semata-mata upacara yang
dilaksanakan oleh orang tua bagi anak-anaknya, sejak dalam kandungan sampai
menuju grahasta ( perkawinan).
Jika memahami pengertian manusa
yadnya, maka bentuknya tidak selalu upacara, serta peruntukannya bukan hanya
untuk anak ( keturunan sendiri). Bentuk manusa yadnya bisa bermacam-macam
seperti yadnya dalam bentuk dana, upacara, jnana, dan karma sepanjang tujuan
yadnya tersebut adalah untuk kebahagiaan hidup manusia. Artinya jika kita
memberikan nasehat atau ilmu kepada orang lain yang menyebabkan orang tersebut
memperoleh kebahagiaan hidup maka itu tergolong juga manusa yadnya. Demikian
pula memberikan dana punia untuk pendidikan anak bagi keluarga tidak mampu atau
melaksanakan bhakti sosial pengobatan bagi masayarakat kurang mampu juga
termasuk manusa yadnya. Dengan demikian maka sasaran manusa yadnya bukan hanya
untuk anak/ keturunan sendiri, tetapi bagi semua manusia tanpa memandang suku,
agama maupun golongan.
5. Butha
Yadnya
Butha
Yadnya, adalah pengorbanan yang tulus iklhas untuk para butha agar tercipta
kedamaian dan keharmonisan hidup di dunia.
Menurut konsep Hindu bahwa semua
yang ada di dunia ini adalah ciptaan Hyang Widhi yang memiliki fungsi
tersendiri dalam memutar roda kehidupan. Jadi semua mahluk termasuk para bhuta
memiliki hak hidup. Manusia sebagai mahluk yang memiliki sabda, bayu dan idep
memiliki peranan penting dalam menciptakan keharmonisan kehidupan. Oleh karena
itu manusia melaksanakan bhuta yadnya agar keseimbangan hidup tercipta. Tujuan
bhuta yadnya adalah agar para bhuta kala “somya”, sempurna
kembali menuju alamnya sendiri dan tidak mengganggu kehidupan manusia.
Secara sekala wujud bhuta yadnya
adalah usaha kita agar menjaga kelestarian alam, tidak merusak mata air, hutan
lindung, serta tindakan-tindakan lain yang dapat menjadi penyebab bencana
alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar