AGAMA HINDU DI
ASIA & INDONESIA
Pada
mulanya Agama Hindu muncul di lembah sungai Sindhu di India sebelah barat,
tepatnya di Punyab, yaitu hulu sungai Sindhu yang bercabang lima. Menurut
pendapat Tilak, Wahyu Tuhan yang pertama telah diturunkan pada tahun 6000 SM.
Sumber
pokok ialah kitab-kitab suci Hindu yang terhimpun dalam Weda Sruti,
Smerti, Itihasa, Upanisad dan sebagainya. Filsafat maupun kebudayaan yang
tumbuh di India bersifat religius dalam arti bernafaskan keagamaan dan agama
Hindu merupakan sumber kekuatan rohani yang menjiwainya.
Perkembangan
agama Hindu dapat di ketahui dari kitab-kitab suci agama Hindu yang terhimpun
dan Veda Sruti, Veda Smrti, Itihasa, Upanisad dan sebagainya. Perkembangan
agama Hindu di India, berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang yaitu
berabad-abad hingga sekarang. Perkembangan Hindu di India oleh Radhakrisnan
dibagi menjadi 4 (empat) periode. Keempat periode tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Zaman
Veda (1500 SM-600 SM)
Zaman
weda meliputi 3 zaman yaitu :
a. Zaman
Veda Kuna
Zaman
ini dimulai dari datangnya bangsa Arya kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi
ke India. Dengan menempati lembah sungai Sindhu, yang juga dikenal dengan nama
Punyab (daerah lima aliran sungai) bangsa Arya tergolong ras Indo Eropa. Yang
terkenal sebagai pengembira, cerdas, tanguh dan terampil.
Zaman
Veda Kuna merupakan Zaman penulisan wahyu suci Veda yang pertama yaitu Rg Veda.
Kehidupan beragama pada Zaman ini di dasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum
pada Veda Samhita. Veda adalah kitab suci agama Hindu, sumber ajaran agama
Hindu adalah kitab suci Veda. Semua ajaran bernafaskan Veda, Veda menjiwai
ajaran agama Hindu, karena itu agama Hindu diketahui kewenangan ajaran kitab
suci Veda. Veda adalah wahyu atau sabda suci Tuhan Yang Maha Esa atau Hyang
Widhi Wasa, yang diyakini oleh umatnya sebagai anadi ananta yakni
tidak berawal dan tidak di ketahui kapan diturunkan dan berlaku sepanjang masa.
b. Zaman
Brahmana
Pada
Zaman ini ditandai dengan munculnya kitab Brahmana sebagai bagian dari Veda
Sruti yang disebut karma kanda. Kitab ini memuat himpunan doa-doa serta
penjelasan upacara korban dan kewajiban-kewajiban keagamaan. Disusun dalam
bentuk prosa yang ditulis oleh bangsa Arya yang bermukiman di bagian timur
India Utara yaitu sungai Gangga.
Perkembangan agama Hindu pada Zaman Brahmana ini merupakan peralihan dari Zaman Veda Samhita ke Zaman Brahmana, kehidupan Brahman pada Zaman Brahmana ini ditandai dengan memusatkan keaktifan pada batin atau rohani dalam upacara korban. Kedudukan kaum brahmana mendapatkan perlindungan yang baik, karena dapat berpengaruh amat besar hal ini dapat dilihat pada masa pemerintahan dinasti Chandragupta Maurya (322-298 SM) di kerajaan Magadha berkat batuan Brahmana Canakya (Kautilya).
c. Zaman
Upanisad
Kehidupan
agama Hindu pada zaman ini bersumber pada ajaran-ajaran kitab Upanisad yang
tergolong Srurti dijelaskan secara filosofi. Konsepsi terhadap keyakinan panca
sradha dijadikan titik tolak pembahasan oleh para arif bijaksana dan para rsi.
Melalui
Upanisad yaitu duduk dekat dengan guru untuk menerima wejangan-wejangan suci
yang bersifat rahasia, ajaran-ajaran tersebut di berikan kepada murid-muridnya
yang setia dan patuh. Tempat berguru dilaksanakan dengan sistem Pasraman, yaitu
secara terbatas di hutan. Ajaran Upanisad disebut Rahasiopadesa atau Aranyaka
yang berarti ajaran Rahasia yang di tulis di hutan. Mengenai inti pokok dan isi
Upanisad yang diberikan, adalah pembahasan hakikat Panca Sradha Tatwa.
2.
Zaman Wiracarita (600 SM-200 M)
Zaman
wiracarita meliputi masa perkembangan kitab-kitab Upanisad dan perkembangan
sistem filsafat (darsana) selanjutnya dan munculnya kitab wiracarita Ramayana
dan Mahabarata sebagai konsepsi baru yang mengajarkan nilai-nilai
kepahlawanan dan kebenaran (dharma).
Kitab
Ramayana dan Mahabharata sebagai epos yang besar menyebarkan cita-cita baru
mengenai kepahlawanan, kedewataan dalam hubungannya dengan insani mencapai
kebenaran dan kebahagiaan hidup yang sejati.
Zaman
wiracarita ditandai dengan timbulnya banyak pemikir-pemikir dan
filosof-filosof yang mengembangkan ajaran-ajaran filsafat, dengan bermacam
aliran. Pada satu pihak timbul aliran yang non theistis yaitu aliran yang
tidak membahas masalah Tuhan maupun dewa-dewa seperti jainan dan budha. Sedang
pada pihak lain muncul pula aliran theistis yang mengakui dan membahas masalah
Tuhan sepertti Bhagawadgita dan kitab-kitab Upanisad lainnya.
3.
Zaman Sutra
Zaman
ini ditandai oleh munculnya kitab-kitab yang memuat penjelasan uraian dan
komentar-komentar terhadap kitab weda dan mantra-mantra dalam bentuk prosa yang
disusun secara singkat dengan maksud agar dapat dengan mudah dihafal dan mudah
dipergunakan sebagai buku pegangan.
4.
Zaman Scholastik
Zaman
scholastik sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan zaman sutra-sutra. Zaman
ini ditandai dengan lahirnya pemikir-pemikir besar sebagai umpamanya Sankara,
Ramanuja, dan Madhwa. Pemikir-pemikir ini menulis kembali ajaran-ajaran
terdahulu, dengan menyusun serta memberi interpretasi dan
pengembangan-pengembangan baru, seperti misalnya ajaran adwaita, wasistadwaita,
sistem saiwa sidhanta , pratyabijna, ajaran sakti dan lain-lain.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDONESIA
Sebelum
pengaruh Agama Hindu diterima oleh bangsa Indonesia, J. Brandes menyatakan
berdasarkan hasil penelitiannya bahwa bangsa Indonesia telah mengenal 10
(sepuluh) macam unsur kebudayaan asli yang meliputi : pengetahuan berlayar,
sistem mata uang, sistem susunan pemerintahan, memande logam, seni membatik,
seni wayang, seni gamelan, dan metrum (puisi berbentuk matrik). Sebelum
pengaruh agama Hindu memasuki wilayah Indonesia, bangsa Indonesia telah
mengenal dan menganut kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Untuk mengadakan
pemujaan ke hadapan roh nenek moyang dipergunakan arca perwujudan. Pengaruh
peradaban Hindu masuk ke Indonesia melalui proses akulturasi yakni perpaduan
antara budaya asli Indonesia dengan budaya Hindu India.
1. Perkembangan Agama Hindu di Kutai
Kutai
terletak di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan ini diperkirakan
berdiri sekitar tahun 400 Masehi.
Di
Kutai diketemukan 7 buah Prasasti yang berbentuk Yupa yaitu tiang batu atau
tugu peringatan untuk melaksanakan upacara kurban. Yupa sebagai prasasti
bertuliskan huruf Pallawa, menggunakan bahasa Sansekerta dan tersusun dalam
bentuk syair. Dari tulisan dalam yupa dapat diketahui bahwa raja Kudungga
mempunyai putra bernama Aswawarman, selanjutnya Aswawarman mempunyai putra
bernama Mulawarman. Prof. Dr. Kern menyatakan bahwa nama “Kudung” adalah nama
seorang kepala suku Nusantara pada waktu pengaruh Hindu mulai masuk. Kudungga
adalah raja pribumi yang telah menganut Hindu, sehingga putranya dinobatkan
menadi raja dengan upacara agama Hindu serta memberi akhiran nama “Warman”,
disesuaikan dengan nama dalam bahasa Pallawa di India Selatan yang memakai nama
Warman yang berarti pelindung.
Dalam
Yupa tersebut juga disebutkan Sang Mulawarman raja yang mulia dan terkemuka
yang telah memberikan sedekah 20 (dua puluh) ribu ekor sapi kepada
Brahmana di lapangan suci yang disebut
dengan nama Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja Siwa.
Tulisan dalam Yupa ini mempertegas lagi agama yang dianut oleh raja Mulawarman
yaitu penganut Hindu.
Berdasarkan
penemuan peninggalan sejarah berupa batu bertulis (Yupa) dapat diketahui bahwa
agama Hindu telah berkembang dengan subur di Kutai. Hindu sebagai agama telah
diterima oleh masyarakat Kutai sejak abad ke empat (4) Masehi. Adapun pengaruh
agama Hindu yang diterima oleh masyarakat Kutai adalah Hindu ajaran Siwa.
2. Perkembangan Agama Hindu di Jawa Barat
Dalam
prasasti Ciaruteun terdapat lukisan dua telapak kaki Sang Punawarman yang
disamakan dengan tapak kaki dewa Wisnu. Hal ini menegaskan bahwa Raja
Punawarman adalah penganut Hindu yang menonjolkan Wisnu, manifestasi Tuhan Yang
Maha Esa dalam fungsi memberikan kemakmuran. Pada Prasasti Kebon Kopi terdapat
gambaran tapak kaki gajah dari sang raja yang dikatakan sebagai tapak kaki
Airawata (gajah Indra).
3. Perkembangan
Agama Hindu di Jawa Tengah
Keberadaan
pengaruh Agama Hindu di Jawa Tengah dapat diketahui melalui bukti-bukti
peninggalan sejarah berupa prasasti. Di Jawa Tengah tepatnya di lereng Gunng
Merbabu, sebelah barat Desa Dakawu Kewedanaan Grebeng diketemukan sebuah
prasasti yang diberi nama Prasasti Tukmas. Prasasti Tukmas ditulis dengan
menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Dilihat dari tipe
tulisannya Prasasti Tukmas yang ditulis dengan huruf Pallawa berasal dari tahun
650 Masehi. Di dalam Prasasti tersebut terdapat gambar-gambar atribut Dewa Tri
Murti seperti Tri Cula yang melambangkan dewa Siwa, Kendi sebagai lambang Dewa
Brahma dan Cakra yang melambangkan dewa Wisnu.
4. Perkembangan
Agama Hindu di Jawa Timur
Keberadaan
kerajaan Kanjuruan dapat dipergunakan sebagai salah satu landasan untuk
mengetahui perkembangan Agama Hindu di Jawa Timur. Prasasti Dinoyo merupakan
bukti peninggalan sejarah kerajaan kanjuruan.
5. Perkembangan
Agama Hindu di Bali
Keberadaan
agama Hindu di Bali merupakan kelanjutan dari Agama Hindu yang berkembang di
Jawa. Agama Hindu yang datang ke Bali disertai oleh agama Budha.
C.
BUKTI-BUKTI
PENINGGALAN SEJARAH AGAMA HINDU DI INDONESIA
Masuknya Agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh
para pedagang dari India. Di antara pedagang tersebut ada yang menetap di
Indonesia dan membawa pengaruh agama dan kebudayaan mereka. Kebudayaan Hindu di
masa lampau mewariskan bermacam-macam peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah
yang bercorak kebudayaan Hindu antara lain candi, prasasti, patung, karya
sastra (kitab), dan tradisi.
Berikut
ini adalah peninggalan-peninggalan sejarah yang bercorak kebudayaan Hindu:
Candi
Candi
adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan
atap. Pada candi Hindu biasanya terdapat arca perwujudan tiga dewa utama dalam
ajaran Hindu. Tiga dewa itu adalah Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Brahma adalah dewa
pencipta, Wisnu dewa pemelihara, dan Syiwa dewa pelebur. Pada dinding candi
terdapat relief, yaitu gambar timbul yang biasanya dibuat dengan cara memahat.
Relief mengisahkan sebuah cerita.
Candi
peninggalan Hindu yang terkenal adalah Candi Prambanan atau Candi Loro
Jonggrang. Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 di perbatasan Yogyakarta dan
Surakarta. Di dalam candi ini terdapat patung Trimurti dan relief yang
mengisahkan cerita Ramayana. Tokoh dalam cerita Ramayana adalah Rama, Shinta,
dan Burung Jatayu.
Prasasti
Prasasti
adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa lampau. Tulisan
itu dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang. Prasasti
peninggalan Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta.
Prasasti tertua adalah Prasasti Yupa, dibuat sekitar tahun 350-400 M. Prasasti
Yupa berasal dari Kerajaan Kutai. Yupa adalah tiang batu yang digunakan pada
saat upacara korban. Hewan kurban ditambatkan pada tiang ini. Prasasti Yupa
terdiri dari tujuh batu bertulis. Isi Prasasti Yupa adalah syair yang mengisahkan
Raja Mulawarman.
Patung
Wujud
patung Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa hewan dibuat karena
hewan tersebut dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa manusia dibuat untuk
mengabadikan tokoh tertentu dan untuk menggambarkan dewa dewi. Contoh patung
peninggalan kerajaan Hindu yang terkenal adalah Patung Airlangga sedang
menunggang garuda. Dalam patung itu, Airlangga digambarkan sebagai penjelmaan
Dewa Wisnu.
Karya
sastra (kitab)
Karya
sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab. Kitab-kitab
peninggalan itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra peninggalan
sejarah Hindu ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta pada daun
lontar. Karya sastra yang terkenal antara lain Kitab Baratayuda dan Kitab
Arjunawiwaha. Kitab Baratayuda dikarang Empu Sedah dan Empu Panuluh. Kitab
Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya dalam mempersatukan
Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kitab Arjunawiwaha berisi pengalaman
hidup dan keberhasilan Raja Airlangga.
Tradisi
Tradisi
adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat ini.
Tradisi agama Hindu banyak ditemukan di daerah Bali karena penduduk Bali
sebagian besar beragama Hindu. Tradisi agama Hindu yang berkembang di Bali,
antara lain:
Upacara
nelubulanin ketika bayi berumur 3 bulan.
Upacara
potong gigi (mapandes).
Upacara
pembakaran mayat yang disebut Ngaben. Dalam tradisi Ngaben, jenazah
dibakar beserta sejumlah benda berharga yang dimiliki orang yang dibakar.
Ziarah,
yaitu mengunjungi makam orang suci dan tempat suci leluhur seperti candi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar