Artikel :
Bencana Alam
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar
bagi populasi manusia.[1] Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit.[2] Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami.[2] Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan
oleh kombinasi faktor manusia dan alam.[2] Dua jenis bencana alam yang diakibatkan dari luar angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti asteroid dan badai matahari.[2]
Jenis bencana alam
Bencana alam dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu bencana
alam yang bersifat meteorologis, bencana alam yang bersifat geologis, wabah dan bencana ruang angkasa.[2]
Bencana alam meteorologi
Bencana alam meteorologi atau hidrometeorologi berhubungan
dengan iklim.[11] Bencana ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang
khusus, walaupun ada daerah-daerah yang menderita banjir musiman, kekeringan atau badai tropis (siklon, hurikan, taifun) dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu.[11] Bencana alam bersifat meteorologis sepertibanjir dan
kekeringan merupakan bencana alam yang paling banyak terjadi di seluruh dunia.[11] Beberapa di antaranya hanya terjadi suatu wilayah dengan
iklim tertentu.[11] Misalnya hurikan terjadi hanya di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara.[4] Kekhawatiran terbesar pada abad moderen adalah bencana yang
disebabkan oleh pemanasan global.[11]
Bencana alam dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu
bencana alam yang bersifat meteorologis, bencana alam yang bersifat geologis, wabah dan bencana ruang angkasa.[2]
Bencana alam meteorologi
Bencana alam meteorologi atau hidrometeorologi berhubungan
dengan iklim.[11] Bencana ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang
khusus, walaupun ada daerah-daerah yang menderita banjir musiman, kekeringan atau badai tropis (siklon, hurikan, taifun) dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu.[11] Bencana alam bersifat meteorologis seperti banjir dan
kekeringan merupakan bencana alam yang paling banyak terjadi di seluruh dunia.[11] Beberapa di antaranya hanya terjadi suatu wilayah dengan
iklim tertentu.[11] Misalnya hurikan terjadi hanya di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan bagian utara.[4] Kekhawatiran terbesar pada abad moderen adalah bencana yang
disebabkan oleh pemanasan global.[11]
Bencana alam geologi
Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus.[11] Gempa bumi dan gunung meletus terjadi di hanya sepanjang
jalur-jalur pertemuan lempeng tektonik di darat atau lantai samudera.[11] Contoh bencana alam geologi yang paling umum adalah gempa bumi, tsunami dan gunung meletus.[11] Gempa bumi terjadi karena gerakan lempeng tektonik.[11] Gempa bumi pada lantai samudera dapat memicu gelombang
tsunami ke pesisir-pesisir yang jauh.[11] Gelombang yang disebabkan oleh peristiwa seismik memuncak
pada ketinggian kurang dari 1 meter di laut lepas namun bergerak dengan
kecepatan ratusan kilometer per jam.[11] Jadi saat mencapai perairan dangkal, tinggi gelombang dapat
melampaui 10 meter.[11] Gunung meletus diawali oleh suatu periode
aktivitas vulkanis seperti hujan
abu, semburan gas
beracun, banjir lahar dan muntahan batu-batuan.[11] Aliran lahar dapat berupa banjir lumpur atau kombinasi lumpur dan debu yang disebabkan mencairnya salju di puncak gunung, atau dapat
disebabkan hujan lebat dan akumulasi material yang tidak stabil.[11]
Wabah
Wabah atau epidemi adalah penyakit menular yang menyebar melalui populasi manusia di dalam ruang
lingkup yang besar, misalnya antar negara atau seluruh dunia.[12] Contoh wabah terburuk yang memakan korban jiwa jumlah besar
adalah pandemi flu, cacar dan tuberkulosis.[12]
Bencana alam dari ruang angkasa
Bencana dari ruang angkasa adalah datangnya berbagai benda
langit seperti asteroid atau gangguan badai matahari.[13] Meskipun dampak langsung asteroid yang berukuran kecil
tidak berpengaruh besar, asteroid kecil tersebut berjumlah sangat banyak
sehingga berkemungkinan besar untuk menabrak bumi.[13] Bencana ruang angkasa seperti asteroid dapat menjadi
ancaman bagi negara-negara dengan penduduk yang banyak seperti Cina, India, Amerika Serikat, Jepang, dan Asia Tenggara.[13]
Dampak bencana alam
Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada
bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.[14] Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial,
dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan
komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan.[14] Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan dampak
paling besar, misalnya gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan
lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung
meletus.[11] Dalam hitungan detik dan menit, jumlah besar luka-luka yang sebagian besar tidak
menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas
kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa.[11] Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas
manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan
dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung
berapi, hujan lebat atau topan.[4]
Manusia dianggap tidak berdaya pada bencana alam, bahkan
sejak awal peradabannya.[3] Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen darurat menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan, struktural dan korban jiwa.[15]. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan manusia
untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya tahannya.[15] Menurut Bankoff (2003): “bencana muncul bila bertemu dengan
ketidakberdayaan”.[15] Artinya adalah aktivitas alam yang berbahaya dapat berubah
menjadi bencana alam apabila manusia tidak memiliki daya tahan yang kuat.[15]
Penanggulangan
Konstruksi rumah yang menggunakan sistem pegas untuk
persiapan terjadinya gempa bumi.
Penanggulangan bencana alam atau mitigasi adalah
upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta
benda.[16] Lebih sedikit orang dan komunitas yang akan terkena dampak
bencana alam dengan menggerakan program ini.[16] Perbedaan tingkat bencana yang dapat merusak dapat diatasi
dengan menggerakan program mitigasi yang berbeda-beda sesuai dengan sifat
masing-masing bencana alam.[16]
Persiapan menghadapi bencana alam termasuk semua aktivitas yang dilakukan sebelum
terdeteksinya tanda-tanda bencana agar bisa memfasilitasi pemakaian sumber daya alam yang tersedia, meminta bantuan dan serta rencana
rehabilitasi dalam cara dan kemungkinan yang paling baik.[16] Kesiapan menghadapi bencana alam dimulai dari level
komunitas lokal.[16] Jika sumber daya lokal kurang mencukupi, maka daerah
tersebut dapat meminta bantuan ke tingkat nasional dan internasional.[16]
Pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat bahaya tinggi
(“hazard”), memiliki kerentanan/kerawanan (“vulnerability’”), bencana
alam tidak memberi dampak yang luas jika masyarakat setempat memiliki ketahanan terhadap bencana
(“disaster resilience”).[15] Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem
dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah dan menangani
tantangan-tantangan serius dari bencana alam.[15] Sistem ini memperkuat daerah rawan bencana yang memiliki
jumlah penduduk yang besar.[15]
Bencana alam di Indonesia dan
penanggulangannya
Indonesia merupakan negara yang sangat rawan dengan bencana
alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir
dan angin puting beliung.[17] Sekitar 13 persen gunung berapi dunia yang berada di
kepulauan Indonesia berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan
kekuatan yang berbeda-beda.[17]
Gempa
bumi dan tsunami Samudra Hindia pada tahun 2004 yang memakan banyak korban jiwa di Provinsi
Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD) dan
Sumatera Utara memaksa diadakannya upaya cepat
untuk mendidik masyarakat agar dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk
menghadapi bencana alam.[17] Namun, upaya yang dilaksanakan tidak efektif karena
persiapan menghadapi bencana alam belum menjadi mata
pelajaran pokok
dalam kurikulum di Indonesia.[17] Materi-materi pendidikan yang berhubungan dengan bencana
alam juga tidak banyak.[17]
Laporan Bencana Asia Pasifik 2010 menyatakan bahwa masyarakat di
kawasan Asia Pasifik 4 kali lebih rentan terkena dampak
bencana alam dibanding masyarakat di wilayah Afrika dan 25 kali lebih rentan daripada
di Amerika Utara dan Eropa.[18] Laporan PBB tersebut memperkirakan bahwa lebih dari 18 juta
jiwa terkena dampak bencana alam di Indonesia dari tahun 1980 sampai 2009.[18] Dari laporan yang sama Indonesia mendapat peringkat 4
sebagai salah satu negara yang paling rentan terkena dampak bencana alam di
Asia Pasifik dari tahun 1980-2009.[18] Laporan Penilaian Global Tahun 2009 pada Reduksi Resiko
Bencana juga memberikan peringkat yang tinggi untuk Indonesia pada level
pengaruh bencana terhadap manusia – peringkat 3 dari 153 untuk gempa bumi dan 1
dari 265 untuk tsunami.[18]
Walaupun perkembangan manajemen
bencana di
Indonesia meningkat pesat sejak bencana tsunami tahun 2004, berbagai bencana
alam yang terjadi selanjutnya menunjukkan diperlukannya perbaikan yang lebih
signifikan.[18] Daerah-daerah yang rentan bencana alam masih lemah dalam
aplikasi sistem peringatan dini, kewasapadaan resiko bencana dan kecakapan manajemen
bencana.[18] Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia yang dimulai tahun
2005, masih dalam tahap pengembangan.[18]
Menurut kebijakan pemerintah Indonesia, para pejabat daerah dan provinsi diharuskan
berada di garis depan dalam manajemen bencana alam.[18] Sementara Badan
Nasional Penanggulangan Bencana dan tentara dapat membantu pada saat yang dibutuhkan.[18] Namun, kebijakan tersebut belum menciptakan perubahan
sistematis di tingkat lokal.[18] Badan penanggulangan bencana daerah direncanakan di semua
provinsi namun baru didirikan di 18 daerah.[18] Selain itu, kelemahan manajemen bencana di Indonesia salah
satunya dikarenakan kurangnya sumber daya dan kecakapan pemerintah daerah yang
masih bergantung kepada pemerintah pusat.[18]
Hurikan Katrina, 2005.