loading...


Selasa, 30 Juni 2015

Selasa (30/06) Senat Undiksha Lakukan Pemilihan Calon Pembantu Rektor


Buleleng, Dewata News.com —  Sebanyak 43 orang Guru Besar dari 419 orang jumlah Dosen, sebagai anggota Senat Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) diberikan peluang oleh Rektor  untuk melakukan Pemilihan Calon Pembantu Rektor Undiksha periode 2015-2019 yang digelar panitia pada hari Selasa (30/06) mulai pukul 09.30 Wita di lantai tiga gedung Rektorat Undiksha, Jalan Udayana Singaraja.

      Humas Undiksha Agus Supradnyan membenarkan, ada 12 orang calon yang terdiri dari masing-masing 3 orang untuk jabatan Pembantu Rektor I, II, III dan IV ditentukan melalui acara Pemilihan Calon Rektor Undiksha sebagai ajang demokratisasi Senat Undiksha Singaraja.


    ”Panitia Pemilihan yang diketuai I Putu Budi Adnyana baru saja selesai melakukan kegiatan simulasi Pemilihan Calon Pembantu Rektor Undiksha periode 2015-2019 yang langsung dihadiri bapak Rektor, sehingga pelaksanaannya hari Sabtu besok, sesuai dengan harapan berjalan aman dan lancar,” kata Agus Supradnyan ketika dihubungi melalui telpon ponsel, Senen (28/06) sore.

     Menurut Agus, 12 nama-nama Calon PR Undiksha itu sudah terpampang untuk diberikan suara oleh anggota Senat Undiksha, yang selanjutnya hasilnya untuk nomonasi 1 dan 2 diserahkan kepada Rektor untuk ditetapkan. Ia berharap semua anggota Senat Undiksha bisa hadir memanfaatkan hak suaranya pada Pemilihan Calon Pembantu Rektor nanti, karena undangan sudah disampaikan, sejak hari Kamis (25/06) lalu.   

Duabelas nama Calon Pembantu Rektor Undiksha itu terdiri, adalah untuk Calon Pembantu Rektor I, masing-masing Prof. Ida Bagus Putu Arnyana, Prof. I Gede Astra Wesnawa, dan Prof. Ida Bagus Putrayasa. Tiga Calon Pembantu Rektor II, terdiri dari Dra. I Dewa Ayu Made Budhyani, Prof. I Wayan Lasmawan dan Drs. I Wayan Suwatra Ignatius. Calon Pembantu Rektor III terdiri dari Dr. Desak Putu Parmiti, Dr. I Gusti Ngurah Pujawan,serta Prof. Sariyasa. Sedangkan Calon Pembantu Rektor IV terdiri dari Dr.I Wayan Mudana, Dr.Ni Made Ratminingsih serta Drs.I Wayan Suarnajaya.
                                        
Rektor Undiksha Dr. I Nyoman Jampel sebelumnya mengungkapkan, kendati penentuan personel jabatan Pembantu Rrektor sebagai hak preogratif Rektor tapi juga meminta pertimbangan kepada para Guru Besar selaku anggota Senat Undiksha, sehingga ditetapkan melalui pemberian suara sebagai ajang Senat pada pemilihan 12 calon (masing-masing 3 calon untuk satu jabatan PR-red)  untuk menentukan PR I,II,III dan IV Undiksha empat tahun kedepan.

Dari tiga calon masing-masing jabatan akan dilakukan nominasi 1 dan dua oleh pihak panitia untuk disampaikan yang selanjutnya salah satunya ditetapkan oleh Rektor.  (DN~*).—

Copyright © 2015. Terimakasih Telah Menjadi Bagian Penyebaran Informasi . Seluruh Isi Kontent Merupakan Hak Cipta DEWATA NEWS dan Media Partner : http://www.dewatanews.com/2015/06/selasa-3006-senat-undiksha-lakukan.html#ixzz3eb3ngpKN

Rabu, 24 Juni 2015

Gusti, Melangkah dari Masa Lalu

Jika Anda mengalami trauma pada masa
lalu yang begitu membekas. Trauma ini
lantas Anda gunakan sebagai 'kambing
hitam' atas keterpurukan Anda saat ini.
Anda terus terikat dengannya, meski
itu menyakitkan.

Bila Anda tak bisa lepas dari trauma,
maka coba tanyakanlah hal ini pada diri
Anda:
"Berapa banyak luka lagi yang akan
saya biarkan diderita oleh diri saya
sendiri? Apakah trauma ini pantas
menghancurkan seluruh sisa hidup
saya? Siapa yang berkuasa disini,
diri saya--ataukah trauma?"
Perhatikanlah daun-daun yang mati dan
berguguran dari pohon, ia sebenarnya
memberikan hidup baru pada pohon.
Bahkan sel-sel dalam tubuh kita pun
selalu memperbaharui diri.
Segala sesuatu di alam ini memberikan
jalan kepada kehidupan yang baru dan
membuang yang lama. Satu-satunya yang
menghalangi kita untuk melangkah dari
masa lalu adalah pikiran kita
sendiri.
Beban berat masa lalu, dibawa dari
hari ke hari. Berubah menjadi
ketakutan dan kecemasan, yang
kemudian pada akhirnya akan
menghancurkan hidup Anda sendiri.

Gusti temanku yang teguh hatinya,
ingatlah hanya seorang pemenanglah
yang bisa melihat potensi, sementara
seorang pecundang sibuk mengingat
masa lalu.
Bila kita sibuk menghabiskan waktu
dan energi kita memikirkan masa lalu
dan mengkhawatirkan masa depan, maka
kita tidak memiliki hari ini untuk
disyukuri.

Saat kita merasa sedih dan putus asa,
atau bahkan menderita, coba renungkan
keadaan di sekitar kita. Barangkali
masih banyak yang lebih parah
dibandingkan kita?
Tetaplah tegar dan percaya diri,
berpikir positif dan optimis,
berjuang terus, dan pantang mundur.
Itu baru temennya Anne Ahira :-)

/////////////////////////////////////////

9 Tipe Kepribadian Entrepreneur

Hello Gusti :-)
Terima kasih telah menyempatkan diri
tuk membaca setiap email dari kami.
Kami akan selalu berbagi info-info menarik
untuk Gusti baca dan telaah, salah
satunya bahasan yang satu ini!
 
9 Tipe Kepribadian Entrepreneur -
Yang Manakah Tipe Kepribadian
Gusti?

Ketahuilah tipe-tipe kepribadian
pebisnis, agar kita bisa tahu apa
yang kita butuhkan untuk sukses.
Apakah Gusti memiliki tipe yang
sama dengan Bill Gates yang visioner?
atau improver seperti Anita Roddick,
pendiri Body Shop? Baca saja,
tipe-tipe kepribadian seorang
pebisnis di bawah ini:
 
1. The Improver.
 
Anda memiliki kepribadian ini jika
Anda menjalankan bisnis dengan
menonjolkan gaya improver alias ingin
selalu memperbaiki. Anda menggunakan
perusahaan Anda untuk memperbaiki
dunia. Improver memiliki kemampuan
yang kokoh dalam menjalankan bisnis.
Mereka juga memiliki intergritas dan
etika yang tinggi.
 
Personality Alert: Waspadai sifat
Anda yang cenderung menjadi
perfeksionis dan terlalu kritis
terhadap karyawan dan pelanggan Anda.
Contoh Entrepreneur: Anita Roddick,
pendiri The Body Shop.
 
2. The Advisor.
 
Tipe kepribadian pebisnis seperti ini
bersedia memberikan bantuan dan saran
tingkat tinggi bagi para
pelanggannya. Motto dari advisor ini
yaitu pelanggan adalah benar dan kita
harus melakukan apa saja untuk
menyenangkan mereka.
 
Personality Alert: Seorang advisor
bisa jadi terlalu fokus pada
kebutuhan bisnis mereka dan
pelanggan, sehingga cenderung
mengabaikan kebutuhan mereka sendiri
dan bisa-bisa malah cape hati
sendiri. Contoh Entrepreneur: John W.
Nordstrom, pendiri Nordstorm.
 
3. The Superstar.
 
Inilah bisnis yang pusatnya
dikelilingi oleh karisma dan energi
tinggi dari Sang CEO Superstar.
Pebisnis dengan kepribadian seperti
ini biasanya membangun bisnis mereka
dengan personal brand mereka sendiri.
 
Personality Alert: Pebisnis dengan
tipe ini bisa menjadi terlalu
kompetitif dan workaholics. Contoh
Entrepreneur: Donald Trump, CEO Trump
Hotels & Casino Resorts.
 
4. The Artist.
 
Kepribadian pebisnis seperti ini
biasanya senang menyendiri tapi
memiliki kreativitas yang tinggi.
Mereka biasanya sering kali ditemukan
di bisnis yang membutuhkan
kreativitas seperti pada perusahaan
agen periklanan, web design, dll.
 
Personality Alert: Pebisnis tipe ini
bisa jadi terlalu sensitif terhadap
respon pelanggan Anda, walaupun
kritik dari mereka bersifat
membangun. Contoh Entrepreneur: Scott
Adams, pendiri dan penggagas Dilbert.
 
5. The Visionary.
 
Sebuah bisnis yang dibangun oleh
seorang visioner biasanya berdasarkan
visi masa depan dan pemikiran
pendirinya. Anda memiliki
keingintahuan yang tinggi untuk
mengerti dunia di sekeliling Anda dan
akan membuat rencana untuk
menghindari segala macam rintangan.
 
Personality Alert: Seorang visioner
bisa jadi terlalu fokus pada mimpi
mereka dan kurang berpijak pada
realitas. Dan jangan lupa, menyertai
visi Anda dengan melakukan tindakan
nyata. Contoh Entrepreneur: Bill
Gates, pendiri MicroSoft Inc.
 
6. The Analyst.
 
Jika Anda menjalankan bisnis sebagai
seorang analis, perusahaan Anda
biasanya memfokuskan pada
penyelesaian masalah dalam suatu cara
sistematis. Seringkali berbasis pada
ilmu pengetahuan, keahlian teknis
atau komputer, seorang analis
perusahaan biasanya hebat dalam
memecahkan masalah.
 
Personality Alert: Hati-hati dengan
kelumpuhan analisa. Bekerjalah dengan
mempercayai orang lain. Contoh
Entrepreneur: Gordon Moore, pendiri
Intel.
 
7. The Fireball.
 
Sebuah bisnis yang dimiliki oleh si
Bola Api ini biasanya dioperasikan
dengan penuh hidup, energi dan
optimisme. Pelanggan merasa
perusahaan Anda dijalankan dengan
tingkah laku yang fun.
 
Personality Alert: Anda bisa jadi
berkomitmen yang berlebihan terhadap
tim Anda dan bertingkah laku terlalu
impulsif. Seimbangkan keimpulsivan
Anda dengan rencana bisnis. Contoh
Entrepreneur: Malcolm Forbes,
penerbit dan pendiri Forbes Magazine.
 
8. The Hero.
 
Anda memiliki kemauan dan kemampuan
yang luar biasa dalam memimpin dunia
dan bisnis Anda melalui segala macam
tantangan. Anda adalah inti dari
kewirausahaaan dan bisa mengumpulkan
banyak perusahaan besar.
 
Personality Alert: Terlalu mengumbar
janji dan menggunakan taktik kekuatan
penuh untuk mendapatkan sesuatu
dengan cara Anda tidak akan berhasil
dalam jangka waktu panjang. Untuk
menjadi sukses, percayailah
keterampilan kepemimpinan Anda untuk
menolong orang lain menemukan jalan
mereka. Contoh Entrepreneur: Jack
Welch, CEO GE.
 
9. The Healer.

Jika Anda adalah seorang 'penyembuh',
Anda bersifat pengasuh dan penjaga
keharmonisan dalam bisnis Anda. Anda
memiliki kemampuan bertahan yang luar
biasa dan keteguhan disertai dengan
ketenangan dari dalam.
 
Personality Alert: Karena sifat
perhatian Anda dan kepenyembuhan Anda
dalam menjalankan bisnis, Anda bisa
jadi menghindari realitas di luar
sana dan selalu terlalu berharap.
Gunakan skenario perencanaan untuk
persiapan datangnya masalah. Contoh
Entrepreneur: Ben Cohen, salah satu
pendiri Ben & Jerry's Ice Cream.
 
Nah, dengan mengetahui 9 tipe
kepribadian dalam menjalankan sebuah
bisnis,  Gusti  bisa lebih terarah
dalam membangun bisnis . Tapi, yang
tak kalah pentingnya adalah
pengetahuan mengenai seluk beluk
bisnis itu sendiritermasuk bagaimana
cara memasarkannya *melalui internet*.

Selasa, 23 Juni 2015

‘The Zodiac Killer’, Hilang Ditelan Kabut

Di negara secanggih Amerika Serikat, yang kejaran satelitnya membuat Saddam Hussein dan Abu Musab al-Zarqawi tak mampu lagi menghindar, masih terpendam sebuah kejahatan mengerikan.

Jatuh cinta memang berjuta rasanya. Begitu pula yang dirasakan sejoli Betty Lou Jensen dan David Faraday. Malam itu kencan pertama setelah sekian lama mereka saling tatap dan saling suka. Keduanya menyusuri Lake Herman Road, jalan di perbatasan Benicia, kota mungil di Solano County, California.

Konser Natal di Hogan High, kawasan yang tak jauh dari rumah Jensen, sepertinya akan menjadi kencan terindah dalam episode percintaan mereka. Apa lacur, rencana itu batal. Keduanya malah bertandang ke rumah Sharon, teman karib mereka. Lalu mereka mampir sebentar di restoran Mr. Ed’s. Sementara itu, di tepi Jalan Lake Herman, sebuah Chevrolet tengah mengawasi mereka. Namun pengemudinya tak kelihatan.

Malam merangkak naik. Sekitar pukul setengah sepuluh, Bill Crow dan kekasihnya berhenti di restoran itu dan melihat Chevy putih tadi mendahului mereka menuju Vallejo, tak jauh dari Bay Area. Mobil itu mendadak berhenti dan mundur. Crow, yang tidak mematikan mesinnya, segera memacu mobil ke arah Benicia. Chevy secepat kilat menyusul mereka.

Di Reservoir Road, Crow menikung tajam. Chevy yang bertubuh lebih besar itu tidak bisa mengikuti mereka, dan berhenti tak jauh setelah melewati persimpangan, seperti yang dilakukan Crow. Lelaki dari Chevy keluar dan berteriak kepada pengemudi lain, tapi ia memutuskan meninggalkan Crow.

Faraday dan Jensen berhenti di tempat parkir yang sama sekitar 45 menit kemudian. Tak lama setelah pukul sebelas, pembunuh tersebut memarkir mobilnya di samping muda-mudi itu. Sekonyong-konyong, ia menembak kaca jendela belakang Faraday dengan senjata kaliber 22. Tembakan itu menembus atap mobil, lalu memaksa Jensen dan Faraday keluar.

Dia menembak Faraday sekali di kepala. Jensen bermaksud melarikan diri. Tapi dia ditembak lima kali dari belakang. Lantas sang pembunuh buru-buru lari dari lokasi kejadian, meninggalkan tubuh-tubuh tak bernyawa itu ditemukan Stella Borges, yang tengah mengendarai mobilnya menuju Benicia. Borges menghubungi Kapten Daniel Pitta dan Opsir William T. Warner, yang dia jumpai di Enco Station di kota. Sersan Detektif Les Lundbland dari Kantor Sheriff Solano County menyelidiki tempat kejadian perkara dan tak menemukan bukti-bukti yang bisa dikembangkan lebih lanjut.

Lampu Kilat Buta
Pembunuhan berganda terjadi kembali enam bulan kemudian. Pembunuh mengincar Darlene Ferrin dan Michael Mageau pada tengah malam menjelang 5 Juli 1969. Bencana itu terjadi di sekitar area parkir di lapangan golf Blue Rock Springs di Vallejo, hanya empat mil dari lokasi pembunuhan di Lake Herman Road. Si Pembunuh memepet dari belakang, menutup semua jalan untuk kabur, dan memakai lampu kilat untuk membutakan mereka. Lalu dia menembak mereka dengan senjata 9 mm saat keduanya duduk dalam mobil.

Pada 5 Juli sekitar pukul 12.40, pembunuh menelepon Kepolisian Vallejo dan melaporkan kejadian itu. Ia juga mengingatkan polisi pada pembunuhan Jensen dan Faraday beberapa bulan sebelumnya. Yang cukup menarik, telepon umum yang dia gunakan terletak di pompa bensin sekitar setengah mil dari rumah Ferrin. Ferrin, yang terluka parah, diboyong ke rumah sakit terdekat, sedangkan Mageau mampu bertahan kendati tertembak di leher dan wajah.

Barulah di awal Agustus 1969, beberapa surat yang sepertinya sudah dipersiapkan sedemikian rupa diterima Vallejo Times-Herald, San Francisco Chronicle, dan San Francisco Examiner. Surat-surat itu memberikan petunjuk atas tiga pembunuhan. Di dalamnya termasuk sepertiga kriptogram dengan total 408 karakter yang dinyatakan sebagai identitas sang pembunuh.

Si pembunuh cerdik ini minta agar surat itu dicetak di halaman depan atau dia akan mulai mengamuk dan membunuh lusinan orang lagi di akhir pekan. Ancaman pembunuhan itu tak terjadi. Seluruh dari tiga bagian ancaman itu akhirnya diterbitkan. Beberapa hari kemudian, surat lain diterima San Francisco Examiner. Kepala suratnya berbunyi, “Editor yang terhormat, Zodiac berbicara di sini.”

Zodiac, begitulah akhirnya ia menamai dirinya sendiri. Nama itu kemudian menjadi terkenal dalam kasus-kasus kejinya yang lain. Surat itu sendiri ditanggapi Kepala Kepolisian Vallejo, Stiltz, yang meminta agar Zodiac menulis lagi dengan lebih detail sebagai bukti bahwa ia benar-benar pembunuh Faraday, Jensen, dan Ferrin.

Sepekan setelah suratnya yang pertama, ahli pemecah sandi, Donald dan Bettye Harden dari Salinas, California, berhasil menyingkap rahasia kode itu. Namun hal itu tak lebih dari sekadar pernyataan sebuah misi, dan tak termasuk namanya. Kode itu dimulai dengan “Aku suka membunuh orang karena itu sangat menyenangkan…”. Ada 18 huruf acak yang muncul di akhir surat. Beberapa orang yakin, jika huruf tersebut diurutkan sedemikian rupa, akan tereja “Robert Emmet the Hippie” (sebuah kesimpulan yang diambil dengan hanya menambahkan tiga huruf lagi.)

Hilang Ditelan Kabut
Jejak si Zodiac kian sukar dideteksi. Ia seperti hilang ditelan kabut, sementara korban lain terus berjatuhan. Dua bulan kemudian, Bryan Hartnell dan Cecelia Shepard, yang tengah berpiknik menuju Twin Oak Ridge, menjadi korban. Mereka diikat dengan tali yang sangat kuat. Lantas Zodiac menikam keduanya dan menyeret mereka sekitar 500 meter ke arah Knoxville Road.

Hartnell menyangka apa yang terjadi pada mereka hanyalah perampokan aneh sampai keduanya sadar ketika Zodiac menggambar lingkaran bersilang di pintu mobil Hartnell dan menulis “Vallejo 12-20-68, Sept 27-69-6-6.30” dengan pisau. Zodiac melaporkan kelakuannya itu ke kantor polisi Napa. Sersan Ken Narlow dari Kantor Sheriff Napa County menyelidiki lokasi penikaman. Ia menduga Rick Marshall pelakunya. Tapi tak ada bukti yang sahih untuk menangkap pria itu.

Kekejaman Zodiac tambah merajalela. Pada 11 Oktober 1969, ia meletupkan peluru ke kepala sopir taksi Paul Stine dengan senjata kaliber 9 mm. Tiga remaja tanggung yang menyaksikan kejadian itu duduk di hadapan ahli sketsa polisi untuk menggambarkan sosok pembunuh Stine. Si Zodiac diperkirakan berumur 35-45 tahun. Detektif Bill Armstrong dan Dave Toschi dari Kepolisian San Francisco ditugasi menangani kasus ini.

Tiga hari kemudian, Chronicle menerima surat lainnya dari Zodiac. Kali ini berisi secarik potongan kaus Stine sebagai bukti bahwa dialah pembunuhnya. Sepekan berselang, seseorang yang mengklaim sebagai Zodiac menelepon Kepolisian Oakland dan meminta pengacara F. Lee Bailey atau Melvin Belli muncul di acara pagi penyiar radio terkenal Jim Dunbar. Bailey tak bersedia, tapi Belli muncul juga dalam acara itu.

Dunbar meminta para pemirsanya tidak menelepon dulu sampai seseorang yang mengaku sebagai Zodiac menelepon beberapa kali dan menyebutkan namanya sebagai Sam. Belli setuju bertemu dengan Sam di Daly City, tapi dia tak pernah datang--perbuatan yang amat mengecewakan Belli dan para wartawan.

Hartnell, David Slaight, dan Nancy Slover, tiga orang yang diketahui pernah mendengar suara Zodiac, mendengarkan dengan teliti suara Sam. Ketiganya setuju, Sam bukanlah Zodiac. Seseorang menelepon Belli dari Rumah Sakit Umum Napa dan mengatakan bahwa Sam pasien gila di sana.

Zodiac kembali melakukan percobaan pembunuhan. Kali ini gagal. Kathleen Johns, yang menjadi sasarannya, berhasil meloloskan diri dari maut karena melompat dari mobil tempat Zodiac menyekapnya. Johns bersembunyi di semak belukar sampai sebuah truk berhenti. Zodiac gagal mengejarnya.

Sepucuk kartu Halloween dikirimkan kepada Paul Avery, reporter Chronicle yang meliput berita Zodiac, pada 27 Oktober 1970. Sebuah nama rahasia menulis kepada Avery dan mengatakan Zodiac telah membunuh Cheri Jo Bates, mahasiswi di Riverside, California, sekitar peringatan Halloween pada 1966. Pengakuan itu diragukan karena pembunuhan Cheri Jo Bates sangat berbeda dari modus Zodiac. Sepertinya Bates dibunuh oleh orang yang dikenalnya.

Zodiac terus mengirimi surat dan kartu ucapan kepada Chronicle dengan interval waktu yang teratur. Satu yang terakhir sebuah kartu pada 22 Maret 1971 yang memberikan petunjuk atas hilangnya Donna Lass dari South Lake Tahoe pada 6 September 1970. Menimbang sejumlah perbedaan antara dugaan penculikan Dona dan pola pembunuhan yang dilakukan Zodiac, ada opini dari beberapa penyelidik bahwa kartu itu bukan dikirimkan oleh Zodiac. Surat itu mungkin direkayasa oleh seorang pembunuh yang berusaha menimpakan kesalahan pada Zodiac.

Cuma Seribu Orang
Pekan pertama April pada tahun yang sama, film berdana rendah, The Zodiac Killer, diluncurkan di Golden Gate Theater, San Francisco. Selama sepekan, film ini hanya sanggup menggaet tak lebih dari seribu penonton.

Zodiac seperti “puasa” membunuh. Pada akhir Januari 1974, ia menyurati Chronicle sembari mengucapkan selamat kepada film The Exorcist sebagai “komedi satiris terbaik” yang pernah dia tonton. Tiga surat lain, yang boleh jadi ditulis olehnya, diterima pada tahun itu juga. Setelah itu, Zodiac benar-benar lenyap.

Sebuah surat bertanggal 24 April 1978 dipublikasikan lebih dari tiga bulan kemudian. Surat ini diduga dikeluarkan oleh David Toschi, detektif bagian pembunuhan dari Kepolisian San Francisco yang menangani kasus ini sejak kematian Paul Stine. Saat Toschi tidak menindaklanjuti surat itu, benda tersebut dipakai sebagai alat melawan Toschi secara politik untuk memindahkan Toschi dari bagian pembunuhan.

Surat lainnya belum lama ini ditemukan di tumpukan berkas Kepolisian Los Angeles. Surat itu ditujukan untuk saluran Channel 9, bertanggal 2 Mei 1978, dan diduga ditulis oleh Zodiac, tapi belum dapat dipastikan keasliannya.

Sejauh ini, Kantor Polisi San Francisco telah menyelidiki 2.500 orang yang menjadi tersangka. Salah seorang tertuduh adalah Robert E. Hunter Jr. Pelbagai usaha dilakukan untuk menyeretnya sebagai tersangka utama. Namun semuanya nol besar. Tulisan tangan Robert sesuai dengan milik Zodiac. Gambarannya sangat cocok dengan sketsa polisi. Dia juga terkait dengan berbagai tempat yang berhubungan dengan para korban.

Polisi menggunakan sidik jari yang ditinggalkan di mobil taksi saat pembunuhan Paul Stine yang berbunyi “10-11-69”. Tak satu pun tahu dengan pasti mengapa polisi membebaskan Robert atas dasar sidik jari, saat polisi menyatakan sidik jari itu kemungkinan bukan berasal dari Zodiac. Zodiac mengaku membunuh pengemudi taksi itu dan meninggalkan petunjuk palsu untuk mengelabui polisi.

Tersangka lain bernama Theodore John Kaczynski alias sang “Bomber”. Kaczynski diperkirakan berada di Berkeley, California, pada 30 Juni 1969. Namun dia meninggalkan California dan bergabung dengan saudaranya pada musim panas itu untuk sebuah perjalanan lintas alam. Ia tidak ada saat serangan di Blue Rock Springs ataupun saat pengiriman surat-surat tersebut. Kaczynski memiliki pengetahuan untuk membuat bom--banyak surat Zodiac yang berisi ancaman bom dan skema rinci pembuatan bom.

Dari tahun 1990 sampai 1994, di New York, seorang peniru Zodiac membunuh tiga orang dan melukai lima lainnya dengan senjata api. Ia pun menulis surat kepada polisi dalam gaya seperti surat yang dikirimkan Zodiac ke San Francisco. Sepuluh tahun lampau, Heriberto Seda dikenali sebagai “Zodiac New York” setelah ditahan lantaran menembak adiknya. Pada Juni 1998, Seda dijebloskan ke penjara selama 236 tahun. Ia tidak diberi izin untuk bebas bersyarat sampai 2082.

Pada saat pembunuhan, banyak orang heran bagaimana Seda tahu simbol-simbol Zodiac dari korbannya. Tidak cukup mudah untuk mendapatkan informasi seperti tanggal ulang tahun seseorang hanya lewat bertanya. Dalam kasus Seda, barangkali dia melihat SIM korbannya.

Dua tahun silam, Kepolisian San Francisco secara resmi menutup kasus ini, meski pembunuhnya belum dapat diidentifikasi. Kendati tak ada undang-undang yang membatasi pengungkapan kasus pembunuhan semacam itu, kasus Zodiac tidak ditindaklanjuti lagi dengan aktif.

Dan seperti judul novel Margaret Mitchell, kasus Zodiac terbang bersama angin.

http://bobbychandra.blogspot.com/2007/01/zodiac-killer-hilang-ditelan-kabut.html

"Bikini Killer" Ajukan Banding

Sobhraj dan salah seorang korbannya

Sobhraj dan salah seorang korbannya

REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU--Mahkamah Agung Nepal akan segera memberikan putusan atas pengajuan banding oleh seorang Prancis terkait dengan serangkaian pembunuhan mengerikan atas 12 backpacker di Asia pada 1970-an. Charles Sobhraj, pria botak 65 tahun yang dijuluki sebagai 'Bikini Killer,' sebelumnya dijatuhi hukuman di atas 20 tahun untuk membunuh seorang backpacker Amerika pada tahun 1975.

Sobhraj telah divonis enam tahun yang lalu pembunuhan Connie Joe Bronzich, seorang turis yang ditikam berulang kali sebelum dibakar hingga hampir tidak bisa dikenali dan kemudian dibuang di pinggiran Kathmandu, ibukota Nepal.

"Mahkamah Agung telah menjadwalkan putusan akhir dalam kasus Charles Gurumukh Sobhraj besok," kata juru bicara pengadilan, Sri Kanta Poudel. Sebuah pengadilan distrik Kathmandu awalnya menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup pada tahun 2004. Penilaian ini kemudian dikuatkan oleh pengadilan distrik lain setahun kemudian.

Sobhraj mengatakan bahwa ia belum pernah mengunjungi Nepal sebelum ia ditangkap di sebuah kasino di Kathmandu pada tahun 2003, meskipun seorang polisi pensiun bersaksi bahwa ia melihat Sobhraj di Nepal pada tahun 1975. Analisis tulisan tangan memainkan peran penting dalam keyakinan Sobhraj, dengan tanda tangan pada dua kartu hotel sekitar waktu pembunuhan itu.

Pengacaranya, Bandu Ram Sharma, salah satu pengacara Sobhraj dalam tujuh tahun terakhir, mengatakan kliennya tidak punya rencana untuk muncul di pengadilan, tetapi telah diberitahu tentang prosesnya. Sobhraj, berdarah Vietnam dan India tapi kewarganegaraan Perancis, telah dikaitkan dengan kematian sedikitnya 12 backpacker di Asia pada 1970-an - peristiwa yang membuatnya dijuluki 'Bikini Killer'. Dia sebelumnya dinyatakan bersalah di India, di mana ia dihukum selama 21 tahun penjara untuk pembunuhan. Dia akhirnya dibebaskan dan kembali tinggal di Perancis.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/07/14/124604--bikini-killer-ajukan-banding

Charles Sobhraj, Kisah ‘Naga’ Pembunuh Bikini

Dua tahun silam, hukum menaklukkan pembunuh berantai terkenal di Asia, Charles Sobhraj. Namun apakah ini betul-betul akhir dari petualangan sang naga pembunuh tersebut?

Charles Sobhraj menyeringai penuh percaya diri ketika melewati enam petugas yang mengawalnya dari sel yang pengap menuju bangsal pengunjung di Penjara Utama Kathmandu. Mengenakan celana biru dan jaket hujan, dia tampak kusut masai. Meski demikian, Sobhraj tetap memamerkan sosoknya yang ramah. Ia mengulurkan tangan dari balik jeruji yang memisahkan “penjahat selebriti” ini dengan dunia luar.

“Saya tak beruntung ditahan di sebuah negara tempat hukum setua dengan penjara yang saya tempati,” kata lelaki Prancis yang bersahabat itu sembari tertawa dan mengeluarkan sebuah personal organizer, mencari-cari nomor telepon pengacaranya. Tiap gerakannya terus diawasi para petugas.

Hasratnya saat mengisahkan kasus yang dia alami sama besar seperti bercerita tentang kesannya selama hidup di dalam penjara yang dingin. “Mereka mengumpulkan ratusan orang dalam barak di sini. Lebih dari 2.000 orang seluruhnya. Kehidupan penjara di Nepal sama kolot dengan sistem hukumnya. Apa yang bisa saya lakukan tanpa televisi dan akses e-mail ke pengacara saya?” ucap pria itu lagi.

Medio Agustus dua tahun lampau, Charles Sobhraj--salah satu pembunuh berantai terkenal dunia--dihukum untuk pembunuhan yang ia lakukan pertama kali. Sobhraj dituntut 20 tahun di penjara Kathmandu, Nepal. Dalam wawancara rahasia yang dilakukan sebelum hukuman dijatuhkan, dia menolak tuduhan pembunuhan itu. Pria ini yakin sekali pengadilan Nepal akan membebaskannya.

Tapi, pada akhirnya, reputasi kriminal kelas dunia yang melintasi dua benua dan sisa-sisa mayat--lebih dari cukup sebagai bukti kejahatan--menggiringnya ke kursi terdakwa.

Bakar dan Cekik. Kisahnya terjadi puluhan tahun lalu, jalan hidup yang kotor bagi Sobhraj. Salah seorang psikopat karismatis abad ke-20 ini menghabiskan waktu lebih dari dua dekade mengembara ke Asia dan berteman dengan backpacker (pelancong bermodal pas-pasan), pengedar obat bius, diplomat, dan pebisnis. Lalu ia bersekutu dengan obat-obatan, perampok, dan akhirnya mencekik--atau membakar--urat kebebasannya. Pembunuh berusia 62 tahun itu pintar mengelak dari kejaran polisi di Hong Kong, Thailand, Nepal, Afganistan, Pakistan, Iran, Turki, Yunani, dan Prancis.

Sobhraj, putra saudagar tekstil dan perempuan Vietnam, memiliki masa lalu yang menggemparkan. Pria tanpa kewarganegaraan ini tumbuh di jalanan Saigon dan penjara anak-anak di Prancis. Diabaikan oleh keluarganya, Sobhraj muda--bernama asli Gurhmuk Sobhraj--banting setir dari penjahat keroco menjadi perampok bersenjata dan akhirnya pembunuh.

Menjelang pertengahan 1970-an, karier kriminal pria kelahiran 6 April 1944 ini melesat, termasuk dalam kasus pencurian permata, pencurian mobil mewah, dan penipuan batu berharga besar-besaran, yang diselingi penculikan dan penyiksaan terhadap para pecandu obat terlarang berbangsa asing.

Di Asia Selatan, Sobhraj sudah lama dikenal sebagai “naga” karena kelihaiannya menyamar dan berganti-ganti identitas seperti bunglon. Kemampuannya memengaruhi orang amat membantu dalam kasus-kasus pembunuhan tersebut. Lewat bantuan beberapa mitra perempuannya, Sobhraj didakwa meracuni para korban dan lantas berpura-pura menyembuhkan mereka sambil menyumpalkan lebih banyak racun hingga para korban berkelojotan menunggu maut.

Akhir 1970-an, Interpol dan sejumlah tim kepolisian menyeberangi Asia untuk memburu Sobhraj. Ia dihukum atas dua pembunuhan di Thailand pada 1976--yang membuat namanya populer sebagai “Bikini Killer”--tapi tak pernah tertangkap untuk kejahatan ini. Stephanie Parry, perempuan asal Prancis, dan Teresa Knowlton, wanita dari Amerika, ditemukan membusuk di gua burung walet di pantai dekat Pattaya, yang kelak termasyhur sebagai kawasan resor “lampu merah” di Thailand.

Polisi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menghubungkan mayat itu dengan seorang pedagang batu berharga misterius di Bangkok. Kala itu, para pejabat lokal diwanti-wanti oleh sejumlah kedutaan besar di Bangkok yang mencurigai Sobhraj menggunakan dokumen palsu. Dia dituduh menyuap polisi Thailand agar bisa masuk ke negara itu. Sobhraj mengakui hal ini dan pembunuhan lainnya kepada wartawan Richard Neville pada 1977. Pengakuan itu tertuang dalam The Life and Crimes Of Charles Sobhraj, buku yang kemudian laris manis tanjung kimpul.

Pejabat Thailand lama-lama membebani Sobhraj dengan lima pembunuhan lagi. Otopsi setelah penggalian mayat mengungkapkan, salah satu mayat di Pattaya ditenggelamkan, sedangkan yang lainnya dicekik. Sobhraj sesudah itu dibebani pula dengan pembunuhan pria Turki, pacar salah seorang gadis tadi yang mati terpanggang hidup-hidup.

Dengan bukti-bukti yang dipasok beberapa kedutaan besar, pejabat Thailand pun menginvestigasi Sobhraj untuk pembunuhan dua turis Belanda--dia memakai paspor pria Belanda ketika kabur dari Nepal. Pasangan Belanda tersebut, yang menginap di apartemen Sobhraj di Bangkok Tengah, disekap bak tahanan, dicekoki, digigit, dicekik, dan dibakar sampai mati. Mereka dijumpai di selokan dekat Bangkok. Sobhraj dikaitkan juga dengan pembunuhan warga Amerika lain, Connie Jo Bronzich, dan turis Kanada, Laurent Ormond Carriere, di Kathmandu.

Keburu Kabur. Panchar Kumar Chhetri, purnawirawan polisi berusia 73 tahun, yang menyelidiki kasus pembunuhan itu pertama kali pada 1975, mengatakan, “Saya mencurigainya pada 1975, setelah dia masuk ke negeri ini dengan paspor milik lelaki yang ia bunuh di Thailand. Sayangnya, polisi membuat kesalahan besar. Kami meminta Sobhraj diwawancarai setelah bukti terkumpul. Beberapa jam kemudian, sejumlah polisi menggerebek kamar hotelnya, tapi ia telah kabur.”

Sobhraj boleh lari ke mana pun, tapi dia tidak bisa bersembunyi. Pada 1976, ia meracuni sekelompok mahasiswa Prancis di Vikram Hotel di Delhi. Kali ini Sobhraj melakukan kesalahan. Ia keliru memperhitungkan dosis yang tepat untuk membungkam para mahasiswa itu. Beberapa korban yang sadar telah diracuni menubruk Sobhraj hingga terjungkal ke tanah dan menahannya sampai polisi India mencokok dia.

Tak ada jalan keluar. Sobhraj digelandang ke pengadilan Delhi setahun kemudian. Thailand menerbitkan “garansi” pembunuhan untuknya. Pada saat yang sama, pejabat berwenang Nepal ingin mewawancarainya mengenai pembunuhan dua backpacker (dia tidak dihukum untuk itu sampai 1986). Pemerintah Prancis sendiri, sementara itu, tidak bisa bertindak apa-apa saat Sobhraj dikucilkan beberapa tahun sebelumnya.

Pada 1977, pengadilan di Delhi menyatakan Sobhraj bersalah melakukan tindak kejahatan dengan mencekokkan racun dengan maksud merampok sehingga mengakibatkan orang lain cedera--bersalah terhadap pembunuhan tidak termasuk membunuh--dan ia menerima hukuman 12 tahun.

Sobhraj dijebloskan ke Penjara Tihar di Delhi, yang ia jalankan laksana roda perusahaan: mengendalikan bisnis di balik tembok penjara, menyuap para penjaga, dan menikmati kebebasan yang tak dapat dikecap narapidana lain. Pada 1986, hanya beberapa tahun sebelum ia dibebaskan, Sobhraj kabur dengan mencekoki penjaga dan tahanan lain, persis ketika mereka tengah merayakan ulang tahun Sobhraj yang ke-42.

Beberapa pekan berselang, Sobhraj membiarkan dirinya tertangkap di Goa. Hal itu ia lakukan untuk menghindar dari proses ekstradisi ke Thailand, tempat ia akan menjalani hukuman mati. Lewat sejumlah perburuan, pelarian diri, penangkapan, dan 20 tahun di belakang meja bar di India, Sobhraj dilepaskan dan kembali ke Prancis pada 1997.

Di negara itu, Sobhraj mengatrol reputasi dan mengaut keuntungan sebagai “selebriti pembunuh”. Ia menyewa agensi yang menangani kontrak ribuan dolar untuk sesi wawancara dan pemotretan serta menandatangani kontrak senilai US$ 15 juta untuk pembuatan film mengenai kisah hidupnya. Tapi itu bukan saat pensiun yang nyaman baginya.

Akhir September dua tahun lampau, Himalayan Times melaporkan Sobhraj--mencoba menantang nasib--tampak berada di Kathmandu. Segera Deputi Superintenden Ganesh K.C. menahan Sobhraj di Royal Casino. Berkas-berkas berdebu pun disingkirkan. Kasus pembunuhan para backpacker dibuka kembali.

Ganesh menyatakan Sobhraj sendirilah yang mengungkap “dokumen” keberadaannya, yang memaksa polisi bertindak. “Saya kira Charles Sobhraj kembali ke Nepal karena ingin publisitas,” ucap Ganesh melanjutkan, “tapi ia gagal. Kebanggaan itu sendiri yang menangkapnya, yang membuat saya merasa nyaman.”

Duduk di selnya, pembunuh ini tertawa. “Saya mengunjungi Nepal untuk program penelitian dokumen mengenai kerajinan tangan buat sebuah produk perusahaan dari Prancis. Saya tak bersembunyi,” ia menjelaskan.

Sobhraj menyebutkan polisi cuma menuruti tekanan media setelah laporan kehadirannya berulang kali diberitakan. “Ketika saya menjadi berita, polisi tak pernah datang ke hotel saya dan tak pernah menanyai. Tiga hari sebelum saya meninggalkan Nepal, mereka menangkap ketika saya tengah bersantap malam di kasino. Saya tidak ditahan. Mereka tak memiliki kasus, tak ada bukti, tak ada apa pun.”

Ganesh memiliki kisah berbeda. “Kami memiliki kasus yang kuat,” dia berkilah. “Kami memiliki pernyataan polisi dari India, tanda tangan yang cocok dari 1975 dari India dan Nepal, serta dokumen perjalanan dari maskapai penerbangan. Interpol pun menyediakan bukti tambahan. Tak seorang pun yang ingin pria ini kembali. Dia pembunuh,” tuturnya.

Menggali Kubur Sendiri. Dengan track record Sobhraj itu, Ganesh masih merasa nyaman dengan tahanan berbahaya ini. “Ia selalu di bawah pengawasan pengamanan khusus karena berulang kali kabur dari Tihar di India. Ia tidak akan bisa berkelit lagi di sini. Charles Sobhraj melakukan kesalahan besar kembali ke Nepal.”

Mendengar hal ini, Sobhraj pura-pura kaget, “Pemerintah Prancis memberi tahu pejabat di Nepal tentang pembebasan saya di India pada 1997 dan minta agar tanggung jawab saya pada kasus yang lain turut dibicarakan. Saya tak pernah mendengar apa pun lagi.”

Namun Ganesh membalas lagi, “Kami menangkap orang yang benar. Saya 500 persen yakin Charles Sobhraj bersalah atas pembunuhan Connie Jo Bronzich dan Laurent Ormond Carriere pada 1975.”

Hanya tujuh tahun setelah kebebasannya dari Penjara Tihar di India, Sobhraj menemukan dirinya terpasung lagi di dalam sel. Di balik jeruji bangsal pengunjung di penjara negara yang berisik dan kumuh itu, Sobhraj menghadiri kasusnya dengan antusias. Semangatnya melebihi semangat sekumpulan personel pasukan Napoleon yang mengepung serdadu Inggris di Waterloo.

Berbicara enteng dengan aksen tak menentu, Sobhraj menghiasi kisahnya dengan nama dan fakta bermenit-menit, sambil mengutip buku yang telah ditulis tentangnya. Sobhraj agaknya tahu bagaimana memengaruhi pendengarnya.

“Polisi mengatakan saya menginap di Soaltee Hotel dan mengendarai Mercedes putih. Tak ada Mercedes putih di Kathmandu saat itu. Saya tak pernah berada di sana. Bukti mereka hanya nol besar. Mereka tak punya apa-apa,” kata Sobhraj.

Sobhraj mencoba mengenang memori lama. Pria Prancis 60-an itu sangat berhati-hati dengan ketenarannya. “Pertama, polisi tidak yakin siapa saya. Paspor saya menyatakan saya Charles Sobhraj. Saya tak akan berpikir ada orang lain di dunia ini yang mau memakai nama itu dengan sukarela,” tuturnya.

Pertemuan rutin dengan para penggemar fanatik, kata Sobhraj, membuatnya lebih bersemangat. Di luar bangsal pengunjung yang muram, penggemar paruh baya dari Amerika siap menanti khotbah hariannya.

Bahkan Ganesh sendiri terpukau dengan pria yang ia jebloskan ke penjara itu, “Dia pendiam, bersih, dan cerdas, tak seperti penjahat. Kami saling mengenal cukup baik. Selama wawancara pertama saya memintanya, ‘Sebagai seorang teman, tolong katakan, apakah Anda membunuh dua orang asing itu?’ Dia menolak semuanya, tentu saja.”

Deputi superintenden itu berkeras, “Tuan Sobhraj mencekokkan racun kepada dua korbannya, lalu menikam dan membakar mereka, sebelum membuang mayat-mayat itu di dua lokasi terpisah, satu dekat bandara Kathmandu dan lainnya dekat situs Warisan Budaya UNESCO Bakhtapur. Ini pembunuhan turis terburuk dalam sejarah Nepal.”

Ujungnya, dua tahun lalu, Sobhraj dihukum atas salah satu pembunuhan backpacker muda, Connie Jo Bronzich, pada 1975, di wisma murah di Freak Street, kawasan para hippy di Kathmandu. Sebuah tas milik perempuan berusia 29 tahun itu ditemukan di kamar Sobhraj di Soaltee Hotel, yang dikenali oleh pemilik wisma di Freak Street. Ini bukti yang sangat penting dalam kasus pembunuhan Connie. Sobhraj tak dihukum untuk pembunuhan kedua karena polisi kehilangan dosir usang berumur tiga dekade.

Basandram Bhandari, pengacara hukum Sobhraj, berencana mengajukan permohonan banding. Boleh jadi terlalu prematur untuk mengatakan karier hebat Charles Sobhraj akan segera tamat. Sementara dia tak ingin pergi ke mana pun lagi, Kedutaan Belanda di Malaysia pada 2004 menyebut-nyebut nama Sobhraj berkaitan dengan hilangnya seorang warga Belanda setahun sebelumnya.

Sobhraj tak ingin segera menanggapi investigasi untuk kasus tersebut. Sekitar November 2004, dia berusaha kabur memakai metode yang sama seperti pelarian 18 tahun sebelumnya. Menurut laporan, Sobhraj mengirim e-mail via laptop kepada seorang teman, yang kemudian menyelundupkan serbuk kimia yang direncanakan untuk mengelabui penjaga.

Usaha itu gagal. Pihak berwajib tak mau kejeblos lagi ke dalam lubang yang sama. Charles Sobhraj--yang dinyatakan melakukan atau terlibat setidaknya dalam 12 kasus pembunuhan--tetap meringkuk di selnya yang pengap dan suram, menunggu kehancuran.

http://bobbychandra.blogspot.com/2007/01/charles-sobhraj-kisah-naga-pembunuh.html