loading...


Rabu, 30 September 2015

Renungan

Foto Andreas Catur Santoso.
Di saat kita memakai jam tangan seharga Rp. 300 ribu atau Rp. 300 juta, kedua jam ini menunjukkan waktu yg sama.
Ketika kita membawa tas atau dompet seharga Rp. 300 ribu atau Rp. 300 juta, keduanya dapat membantu membawa sebagian barang/uang.
Waktu kita tinggal di rumah seluas 30 m2 atau 300 m2, kesepian yang kita alami tetaplah sama.
Ketika kita terbang dengan first class atau economy class, maka saat pesawat terbang jatuh kamu pun ikut jatuh.
Kebahagiaan terdalam bukan datang dari harta duniawi.
Hal penting yang patut direnungkan dalam hidup :
1. Jangan mendidik anak untuk menjadi kaya. Didiklah mereka menjadi bahagia. Sehingga saat mereka tumbuh dewasa mereka menilai segala sesuatu bukan dari harganya. Anak yang bahagia lebih mudah menjadi kaya.
2. Seseorang yang mencintaimu tidak akan pernah meninggalkanmu karena walaupun ada 100 alasan untuk menyerah, dia akan menemukan 1 alasan untuk bertahan.
3. Banyak sekali perbedaan antara "manusia & menjadi manusia"
Hanya orang bijak yang mengerti tentang ini.
4. Antara "B" birth (lahir) dan "D" death (mati) 
ada "C" choice(pilihan). Hidup yang kita jalani sepenuhnya ditentukan oleh setiap pilihan kita.
5. Jika Anda ingin berjalan cepat, Jalanlah sendirian. Tetapi Jika ingin berjalan jauh, jalanlah bersama-sama.

Selasa, 29 September 2015

Sri Krishna


Sejak masa kanak-kanaknya, Uddhava selalu bersama Sri Krishna, Mengemudikan kereta untuk- Nya dan melayani-Nya dalam berbagai macam cara. Ia tidak pernah menginginkan ataupun meminta karunia apapun dari Sri Krishna.
Ketika Sri Krishna telah berada pada akhir dari saat-saat penyelesaian dalam masa kemunculan-Nya,
Ia memanggil Uddhava dan berkata,
“ Uddhava yang baik, dalam masa kemunculan-Ku ini, banyak orang yang telah meminta dan mendapat karunia dari-Ku; tapi kamu tidak pernah memohon apapun pada-Ku.
Kenapa kamu tidak meminta sesuatu sekarang?
Aku akan mengabulkannya. Biarkan Aku menyelesaikan kemunculan ini dengan rasa puas karena telah melakukan sesuatu yang baik buat kamu juga.”
Meskipun Uddhava tidak pernah memohon apapun untuk dirinya sendiri, ia telah selalu mengamati Krishna sejak dari masa kanak-kanakNya. Ia selalu heran akan betapa jelasnya ketidaksinkronan antara ajaran Sri Krishna dengan kegiatan-kegiatan-Nya, dan ia ingin memahami alasan-alasan dari hal itu. Ia bertanya kepada Sri Krishna,
“ Tuhanku, Engkau mengajarkan kami untuk hidup dengan suatu cara tertentu, namun Engkau sendiri hidup dengan cara lain. Dalam drama Mahabharata, di dalam peran yang Engkau mainkan, di dalam kegiatan-kegiatan-Mu, sangat banyak hal yang tidak aku pahami. Aku sangat ingin mengerti alasan-alasan untuk setiap tindakanMu. Berkenankah Engkau memenuhi rasa ingin tahuku?
Krishna berkata,
“ Uddhava, apa yang aku wejangkan pada Arjuna selama perang Kurukshetra adalah Bhagavad Gita.
Hari ini, jawaban-jawaban-Ku atas pertanyaanmu pada-Ku akan dikenal sebagai
‘Uddhava Gita’.
Itulah sebabnya Aku memberikan kesempatan ini kepadamu. Silakan bertanya tanpa ada rasa ragu.”
Uddhava mulai bertanya
– ‘Krishna, pertama-tama, siapakah yang disebut sebagai teman sejati?’
- Krishna menjawab, ‘Teman sejati adalah seseorang yang datang menolong temannya yang sedang membutuhkan pertolongan tanpa dipanggil terlebih dahulu.’
Uddhava :
‘Sri Krishna, Engkau adalah teman yang sangat dekat bagi para Pandava. Mereka mempercayai-Mu sepenuhnya sebagai Apadhbhandava
(pelindung dari segala kesulitan).
Sri Krishna, Engkau tidak saja hanya mengetahui apa yang sedang terjadi, namun Engkau juga mengetahui apa yang akan terjadi. Engkau adalah Jnani yang agung. Saat ini, Engkau baru saja memberikan definisi dari teman yang sejati. Lalu mengapa Engkau tidak bertindak sebagaimana yang Engkau jelaskan dalam definisi tersebut. Mengapa Engkau tidak menghentikan Dharmaraja (Yudhistira) dari permainan judi?
Ok, jika Engkau tidak melakukan hal itu; tapi mengapa Engkau tidak mengatur agar keberuntungan berada di sisi Dharmaraja,
dengan mana Engkau akan memastikan bahwa dharma akan menang. Engkau tidak melakukan hal itu juga. Paling tidak Engkau dapat menyelamatkan Dharmaraja dengan menghentikan permainan sesudah ia kehilangan seluruh kekayaannya, negaranya dan dirinya sendiri. Engkau dapat membebaskannya dari hukuman akibat bermain judi. Atau, Engkau dapat masuk ke ruang pertemuan tersebut saat ia akan mulai mempertaruhkan saudara-saudaranya. Namun Engkau tetap tidak melakukan hal itu juga. Paling tidak, saat Duryodhana membujuk
Dharmaraja dengan menawarkan untuk mengembalikan semua kekalahannya bila ia mau mempertaruhkan Draupadi (yang selalu membawa keberuntungan bagi para Pandava),
Engkau dapat ikut turun tangan dan dengan kekuatan illahi- Mu Engkau dapat membuat dadu-dadu itu berguling sedemikian rupa sehingga menguntungkan Dharmaraja.
Sebaliknya, Engkau hanya turun tangan saat Draupadi hampir kehilangan kehormatannya dan sekarang Engkau menyatakan bahwa Engkau telah memberinya baju dan menyelamatkan kehormatannya; bagaimana Engkau bisa menyatakan hal seperti itu – sesudah ia diseret ke ruang pertemuan oleh seorang pria dan dilucuti pakaiannya di depan begitu banyak orang, kehormatan bagaimana yang tersisa bagi seorang wanita?
Apa yang telah Engkau selamatkan?
Hanya pada saat engkau menolong orang pada saat kritislah, pantaskah Engkau disebut ‘Apadhbhandava’, jika Engkau tidak menyelamatkannya di saat kritis, apa gunanya?
Inikah yang disebut Dharma?’
( Sambil menyampaikan pertanyaaan-pertanyaan tersebut, air mata mulai mengalir deras dari mata Uddhava.Ini bukanlah pertanyaan-pertanyaan dari Uddhava sendiri saja. Semua dari kita yang telah membaca Mahabharata memiliki pertanyaan-pertanyaan ini. Atas nama kitalah, Uddhava telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada Sri Krishna)
Bhagavan Sri Krishna tertawa.
‘Uddhava yang baik, hukum dari dunia ini adalah : ‘hanya orang yang memiliki Viveka (kecerdasan melalui pembedaan/pemilihan) yang menang’ .
Duryodhana saat itu memiliki Viveka, sedangkan Dharmaraja hanya memiliki sedikit saja. Itulah sebabnya Dharmaraja kalah.’
( Uddhava limbung dan bingung. Krishna melanjutkan)
‘Waktu Duryodhana memiliki banyak uang dan kekayaan untuk bermain judi, ia tidak tahu caranya main dadu. Itu sebabnya ia menggunakan pamannya Shakuni untuk bermain ketika ia bertaruh. Itulah Viveka. Dharmaraja juga bisa berpikir seperti itu dan meminta-Ku, sepupunya, untuk bermain atas namanya.
Jika Shakuni dan Aku bermain dadu, menurutmu siapakah yang akan menang?
Dapatkah ia memunculkan angka yang aku sebut atau akankah Aku memunculkan angka yang ia minta? Lupakan ini. Aku bisa memaafkan kenyataan bahwa Dharmaraja lupa melibatkan-Ku dalam permainan dadu ini.
Namun, tanpa Viveka, ia melakukan kesalahan lagi.
Ia berdoa agar Aku tidak datang ke ruang pertemuan karena ia tidak ingin Aku tahu bahwa nasib buruknya telah membuatnya dipaksa untuk main dadu.
Ia mengikat-Ku dengan doanya dan tidak mengijinkan Aku untuk masuk ke ruang pertemuan; padahal Aku sedang berada di sisi luar ruang tersebut, menunggu seseorang memanggilku melalui doa mereka.
Bahkan ketika Bheema, Arjuna, Nakula dan Sahadeva telah kalah dipertaruhkan, mereka hanya mengutuk Duryodhana dan merenungkan nasib mereka saja; mereka lupa memanggil-Ku.
Bahkan Draupadi tidak memanggil-Ku saat Dusshasana menjambak rambutnya dan menyeretnya untuk memenuhi perintah kakaknya.
Draupadi juga berdebat di dalam ruang pertemuan sebatas kemampuannya.
Ia tidak pernah memanggil-Ku.
Akhirnya akal sehat muncul; saat Dusshasana mulai melucuti pakaiannya, ia berhenti bertahan melalui kekuatannya sendiri dan mulai berseru
‘Hari, Hari, Abhayam Krishna, Abhayam’ dan mulai berseru memanggil-Ku. Hanya pada saat itulah aku punya kesempatan untuk menyelamatkan kehormatannya.
Aku menuju padanya sesegera mungkin setelah Aku dipanggil.
Aku menyelamatkan kehormatannya.
Apa kesalahanKu dalam situasi seperti itu?
‘Penjelasan yang luar biasa Kanha (Krishna), Aku terkesan sekali. Namun bagaimanapun aku tidak bisa diperdaya. Bolehkah aku mengajukan pertanyaan lain’, kata Uddhava.
Krishna memberinya ijin untuk melanjutkan pertanyaannya.
‘Apakah itu berarti Engkau hanya akan datang bila dipanggil?
Apakah Engkau tidak akan datang atas kehendak-Mu sendiri untuk menolong orang di saat kritis, untuk menegakkan keadilan? tanya Uddhava.
Krishna tersenyum, ‘Uddhava, dalam hidup ini kehidupan semua orang berlangsung berdasarkan atas Karma mereka masing-masing. Aku tidak melakukan itu; Aku juga tidak ikut campur dalam hal itu. Aku hanyalah seorang ‘saksi’. Aku berdiri di sebelahmu dan mengamati apapun yang sedang terjadi. Itulah Dharma Tuhan.’
‘Wow, bagus sekali Sri Krishna. Dalam hal ini, Engkau akan berdiri dekat kami, mengamati semua tindakan jahat kami; pada saat kami terus menerus melakukan kegiatan dosa, Engkau akan terus mengamati kami. Engkau ingin kami melakukan lebih banyak kesalahan, mengumpulkan dosa dan penderitaan,’ kata Uddhava.
Sri Krishna berkata,
‘Uddhava, mohon sadarilah arti sebenarnya dari ucapanmu. Jika kamu memahami dan menyadari bahwa ketika Aku berdiri sebagai saksi di sebelahmu, bagaimana mungkin kamu akan melakukan kegiatan yang salah atau buruk. Kamu melupakan hal ini dan menganggap dirimu mampu melakukan hal-hal tersebut tanpa sepengetahuan-Ku. Itulah yang terjadi saat kamu masuk dalam suatu masalah. Kebodohan Dharmaraja adalah bahwa ia menganggap ia dapat bermain judi tanpa sepengetahuan-Ku.
Jika saja saat itu Dharmaraja menyadari bahwa Aku selalu hadir bersama setiap orang sebagai ‘Sakshi’ (saksi), tentunya permainannya akan berakhir lain, kan?’
Uddhava sangat terpesona dan diliputi oleh rasa bhakti yang melimpah. Ia berkata,
’ Sungguh suatu filsafat yang sangat luar biasa. Alangkah benarnya!
Bahkan berdoa dan melakukan puja pada Tuhan serta memanggil-Nya untuk mohon pertolongan semuanya bukanlah apa-apa dan tidak lain dan tidak bukan adalah rasa serta keyakinan kita.
Begitu kita mulai yakin bahwa tiada sesuatu apapun bergerak tanpa-Nya, bagaimana kita bisa tidak merasakan kehadiranNya sebagai saksi?
Bagaimana kita bisa melupakan kenyataan ini dan bertindak tanpa-Nya?
Melalui Bhagavad Gita, inilah filsafat yang Sri Krishna tanamkan pada Arjuna.
Ia adalah kusir kereta dan juga pemandu jalan bagi Arjuna, namun Ia sendiri tidak ikut berperang.”
– Sadarilah Saksi Yang Utama yang ada di dalam dirimu dan sekaligus meliputi dirimu di luar!
Dan leburlah dalam kesadaran Ketuhanan itu!
Temukanlah Dirimu yang sejati – Kesadaran Murni Utama yang penuh Cinta Kasih dan Kebahagiaan!
– Tat Tvam Asi!
Jangan pernah melupakan Sri Krishna !
Radhe - Krishna
-----------------
( teks : repost postingan Yuly Vedika )
*photo: Sri Krishna. / download internet

Minggu, 20 September 2015

Menapaki Sukses dengan Membuat Perubahan

Kondisi kita saat ini tak bisa diubah tanpa kita sendiri yang mengubahnya. Sadari kekurangan, perbaiki diri, dan maksimalkan potensi! Saat kesempatan datang, manfaatkan, maka semua impian bisa menjadi kenyataan.

Kita tak pernah bisa memilih, bagaimana, di mana, kapan, serta latar belakang seperti apa kita dilahirkan. Ada yang terlahir kaya, miskin, dengan beragam suku bangsa serta agama. Semua itu hanya bisa dan akan berubah sesuai dengan perkembangan dan pengaruh lingkungan sekitar di mana kita lahir dan tumbuh. Karena itu, apa pun latar belakang dan kondisi di mana kita dilahirkan, sudah selayaknya kita harus tetap bersyukur. Sebab, tak ada makhluk yang dicipta tanpa tujuan dan makna dalam hidupnya. Dan, dengan kesadaran yang penuh tentang pengertian bahwa kita pasti tercipta dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, kita seharusnya bisa memaksimalkan daya dan upaya untuk mencapai sukses yang kita damba.

Untuk itu, satu hal pertama dan utama yang harus dilakukan adalah melihat ke dalam diri, apa saja kekurangan yang perlu diperbaiki. Apa saja hal yang harus diperbaiki, dikoreksi, dan bisa dimaksimalkan. Ketahui juga, potensi apa saja yang masih bisa kita tingkatkan. Dengan cara ini, kita akan menemukan fondasi yang kokoh untuk mencari jalan menuju kesuksesan.

Cerita pendek berikut bisa menjadi penggambaran perbedaan orang yang menyadari kekurangan dan mau berubah, dan orang yang memilih untuk berdiam diri saja, menunggu peruntungannya.

Alkisah, ada dua orang pemuda miskin yang bersahabat sejak kecil. Dari lingkungan yang miskin itulah, mereka sering kali berkhayal, bagaimana rasanya menjadi orang yang kaya dan serba berkecukupan. Saat mereka beranjak dewasa, mereka berkesempatan untuk bekerja pada seorang pedagang besar yang cukup terpandang. Kala itu, mereka menjadi buruh angkut barang di pelabuhan. Mereka pun kembali berkhayal, bagaimana agar bisa memperbaiki nasib, bahkan kalau bisa menjadi seperti sang pedagang besar.

Pemuda pertama memilih untuk melakukan sesuatu. Ia bekerja lebih keras dan lebih cepat. Ia mengatakan pada kawannya, bahwa dengan bekerja keras, kemungkinan besar ia akan mendapatkan upah lebih besar dan kepercayaan dari sang pedagang, sehingga bisa segera naik kelas, paling tidak agar tak lagi menjadi buruh angkut saja. Sedangkan pemuda kedua, merasa ia tak punya modal selain tenaga, memilih untuk melakukan apa adanya, sesuai dengan upah yang dibayarkan saat itu. Meski mereka berdua berkhayal dengan impian yang sama, pemuda pertama bekerja lebih giat dan tekun untuk mewujudkan impian itu. Sementara pemuda kedua hanya menjadikan impian itu sebagai lamunan belaka.

Bulan demi bulan berlalu. Tanpa disadari, sang pedagang sering mengawasi pekerjanya. Dan, dia terkesan dengan pekerjaan si pemuda pertama yang terlihat sangat cekatan, melebihi buruh yang lain. Maka, dipanggilnyalah si pemuda pertama. Dan, saat ditanya, mengapa ia bekerja lebih keras dibandingkan rekan-rekannya, ia menjawab, dirinya punya impian untuk mengubah nasib.

Singkat cerita, sang pedagang melihat kesungguhan si pemuda pertama. Maka, ia pun dipercaya menjadi kurir untuk mengantar pesan sang pedagang pada relasi-relasinya. Pekerjaan itu pun dilakukan dengan sangat cekatan dan penuh tanggung jawab. Ia pun selalu bersikap baik dengan semua relasi sang pedagang, sehingga banyak relasi pedagang yang bersimpati padanya. Maka, tak heran jika si pedagang pun mau memberikan kepercayaan lebih besar pada pemuda pertama.

Tahun demi tahun. Si pemuda akhirnya sukses menjadi wakil sang pedagang. Dari sana, kehidupannya pun berubah seperti yang diimpikannya. Berkat kerja keras dan ketekunannya, si pemuda pertama mampu mewujudkan khayalannya menjadi nyata.

Begitulah, ada banyak orang sukses, yang menapaki jejak kesuksesannya dengan mau berubah. Mereka tak peduli komentar orang lain. Justru, dengan kritikan dan bahkan cemoohan, mereka terpacu untuk membuktikan bahwa impiannya bukan sekadar bualan. Mereka inilah sang pemenang sejati kehidupan.


Berkaca dari kisah tersebut, mari kita sadari posisi kita saat ini. Dan, mulai berubah dengan mengerahkan kekuatan yang kita miliki untuk memperbaiki diri. Landasi semua impian dengan tindakan nyata, niscaya pintu kesuksesan akan selalu terbuka. Salam sukses, luar biasa!!!

http://www.andriewongso.com/articles/details/14589/Menapaki-Sukses-dengan-Membuat-Perubahan

Perubahan yang Berkelanjutan

Kesuksesan yang kita raih hari ini belum tentu bisa menjadi sukses di hari esok apalagi di masa depan, jika kita tidak bisa melakukan penyesuaian, perubahan, perbaikan, dan belajar secara berkelanjutan dan terus menerus.
Namun demikian, bukan sekadar perubahan yang dicari, tetapi perubahan yang harus membawa perbaikan, penyempurnaan dan lebih baik. Dalam manajemen modern Jepang pun kita juga mengenal istilah Kaizen yang secara sederhana diartikan perubahan atau perbaikan secara berkesinambungan.

Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, daur hidup produk semakin singkat. Kenyataan ini memaksa kita untuk lebih intensif dan aktif belajar dan selalu melakukan perubahan-perubahan. Sebagai pribadi sukses, kita  harus berani menghadapi tantangan baru, jangan terpaku dengan ”comfort zone”, dengan alasan  sudah terbiasa hidup di sini, sudah nyaman hidup di sini, sudah terbiasa dengan cara ini. Sehingga tidak mau berubah dan akhirnya akan ditelan oleh masa dan kemajuan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Ada kisah mengenai kecebong  yang merasa sudah hidup nyaman di tempat ia berada, dan tidak mau keluar dari ’comfort zone’, akhirnya mati. Coba simak fabel berikut ini:

Dari sekelompok kecebong yang hidup di sebuah selokan kecil, ada seekor kecebong yang merasa cemas dengan kondisi lingkungannya karena  populasi yang banyak dan musim kemarau. Ia sering meloncat-loncat ke atas air untuk melihat apakah ada tempat baru yang persediaan airnya mencukupi untuk mempertahankan hidup bila musim kemarau berkepanjangan. Setelah melihat-lihat, ternyata ada satu selokan yang lebih besar dengan air yang lebih banyak, ia pun mulai berpikir untuk bermigrasi ke sana.

Ketika ia mengajak  teman-temannya ruaya atau migrasi, mereka umumnya menolak, ”Di sini kan sudah hidup nyaman dan enak, makanan tersedia, banyak teman-teman; jadi, ngapain susah-susah pindah ke tempat baru yang belum tentu lebih baik?”

Teman-temannya hanya bisa melihat kondisi sekarang. Mereka tidak  mau berpikir mengenai  tantangan dan ancaman yang bakal dihadapi di masa depan. Sedangkan ia, selain menikmati hidup ini, juga selalu memperhatikan  masa depannya. Setiap hari ia memperhatikan kedalaman air selokan tempatnya tinggal.

Sampai suatu hari, air selokan semakin menurun. Ia sudah bertekad untuk meloncat ke selokan yang lebih besar di sebelahnya. ”Bila tidak mengambil risiko sekarang, maka tidak ada kesempatan lagi,” pikirnya. Inilah saatnya, karena kecebong memiliki daya loncat terbatas, bila tak segera dilakukan, ia tidak akan bisa lagi melompat  ke selokan sebelahnya bila ketinggian air tidak mencukupi.

Musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan air di selokan kecil tempat sekelompok kecebong berkumpul dari hari ke hari semakin berkurang dan akhirnya habis. Kecebong-kecebong yang tidak mau pindah akhirnya mati kekeringan. Sementara, kecebong yang telah berhasil pindah selokan bisa terus hidup.

Netter yang Luar Biasa,

Orang bijak berkata, apa pun yang ada  di dunia ini selalu berubah. Maka tidak ada yang statis dan tidak ada yang abadi di dunia ini. Karenanya janganlah pernah berkata: saya sudah cukup, saya sudah puas dengan kondisi ini, saya sudah pintar, sudah menguasai dan mempelajari banyak keahlian dan ilmu. Atau, saya sudah banyak makan asam garam.

Sekali lagi, hindarilah kata-kata tersebut, karena hanya akan membuat Anda terkungkung dalam status quo dan tidak berkembang. Orang yang tidak berkembang sama dengan orang yang hanya menunggu ’hari-hari kematiannya’, karena kehidupan ditandai adanya perubahan dan perkembangan tanpa henti.

Semoga bermanfaat.
Salam sukses luar biasa!

http://www.andriewongso.com/articles/details/14648/Perubahan-yang-Berkelanjutan

Kamis, 17 September 2015

Bantal Foto Termurah

Budi Harta Winata, 
Pengusaha baja/Pemilik PT. Artha Mas Graha Andalan.
Ketika ditanya rahasia suksesnya menjadi Pengusaha, jawabnya singkat:
“Jadikan orang tuamu Raja, maka rezeki mu seperti Raja”.
Pengusaha yang kini tinggal di Cikarang ini pun bercerita bahwa orang hebat dan sukses yang ia kenal semuanya memperlakukan orang tuanya seperti Raja.
Mereka menghormati, memuliakan, melayani dan memprioritaskan orang tuanya.
Lelaki asal Banyuwangi ini bertutur, “Jangan perlakukan Orang tua seperti Pembantu".
Orang tua sudah melahirkan dan membesarkan kita, lha kok masih tega-teganya kita minta harta ke mereka, pada hal kita sudah dewasa.
Atau orang tua diminta merawat anak kita sementara kita sibuk bekerja.
Bila ini yang terjadi maka rezeki orang itu adalah rezeki pembantu, karena ia memperlakukan orang tuanya seperti pembantu.
Walau suami/istri bekerja, rezekinya tetap kurang bahkan nombok setiap bulannya.
Menurut sebuah lembaga survey yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang, anak-anak yang sukses adalah : mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya seperti seorang Kaisar.
Dan anak-anak yang sengsara hidupnya adalah mereka yang sibuk dengan urusan dirinya sendiri dan kurang perduli pada orang tuanya.
Tapi juga JANGAN mendekati orang tua hanya untuk mendapatkan hartanya.
Mari terus berusaha keras agar kita bisa memperlakukan orang tua seperti raja. Buktikan dan jangan hanya ada di angan-angan.
Beruntunglah bagi yang masih memiliki orang tua, masih BELUM TERLAMBAT untuk berbakti. Sebelum mereka kembali keharibaan Allah.
UANG bisa dicari, ilmu bisa di gali, tapi kesempatan untuk mengasihi orang tua kita takkan terulang kembali.

Jumat, 11 September 2015

Gusti, Memimpin Adalah Mendengarkan

"Kepemimpinan bagi saya berarti tugas,
kehormatan dan negara. Itu berarti
karakter dan itu berarti mendengarkan
dari waktu ke waktu" - George W. Bush
Dear Gusti,
Kebanyakan orang cenderung lebih
senang membicarakan dirinya sendiri
dibandingkan mendengarkan. Hanya
orang-orang  berpengaruh yang
memahami nilai luar biasa jadi
pendengar yang baik. Seperti yang
dikatakan senator Amerika Serikat,
Lyndon B. Johnson, Anda tidak akan
pernah belajar apa-apa jika Anda
terus bicara.
Kemampuan mendengarkan secara cerdas
merupakan kunci untuk dapat
mempengaruhi orang lain. Mendengarkan
memberikan manfaat dalam membangun
hubungan, meningkatkan pengetahuan,
membangkitkan ide, membangun
loyalitas dan menunjukan rasa hormat
kepada orang lain.
Sekilas mendengarkan orang lain
tampak hanya menguntungkan mereka,
tetapi dengan menjadi pendengar yang
baik, Anda sebenarnya menempatkan
diri pada posisi membantu diri
sendiri.
Melalui mendengarkan, Anda memiliki
kemampuan untuk mengembangkan
hubungan yang lebih kuat,
mengumpulkan informasi berharga dan
meningkatkan pemahaman  Anda mengenai
diri sendiri dan orang lain. 
Herb Cohen, seorang negosiator
terbaik dunia mengatakan:
"Mendengarkan secara efektif
membutuhkan lebih dari sekedar
mendengarkan kata-kata yang
disampaikan orang. Mendengarkan
menuntut Anda menemukan makna dan
pemahaman atas apa yang sedang
dikatakan. Lagi pula, makna bukan
terletak di dalam kata-kata,
melainkan di dalam seseorang."
Gustijadilah pendengar baik, sebelum
menjadi pembicara yang baik. :-) 

Rabu, 09 September 2015

3 PC Windows Seukuran "Flashdisk"

1. Intel Compute Stick : 

PC Windows 8 Seukuran "Flashdisk" Dijual Rp 1 Jutaan


Compute Stick, sebuah komputer berukuran flashdisk yang diperkenalkan oleh Intel
JAKARTA, KOMPAS.com — Intel Indonesia memboyong komputer seukuran USB flashdisk, yang disebut dengan Intel Compute Stick, ke Indonesia. Komputer mini ini hanya butuh televisi yang memiliki sambungan HDMI. 

"Selama ada koneksi HDMI-nya, (monitor) bisa dijadikan komputer di mana saja," ujar Hermawan Sutanto, Channel Sales Director Intel Indonesia, saat ditemui KompasTekno di Jakarta, Selasa (5/5/2015).

Compute Stick akan dijual di Indonesia dengan kisaran harga di bawah Rp 2 juta (atau Rp 1 jutaan), sudah komplet dengan Windows 8.1 di dalamnya.

Komputer mini akan akan mulai dipasarkan di Indonesia sekitar bulan Juni. 

"Kami berharap Juni sudah bisa beredar karena saat ini sedang menunggu proses sertifikasi," ujar Harry K Nugraha, Country Manager Intel Indonesia.

Compute Stick mengusung prosesor quad-core Intel Atom, memori RAM 2 GB, penyimpanan internal 32 GB dengan fitur WiFi 802.11 b/g/n, Bluetooth 4.0 untuk koneksimouse dan keyboard, serta slot MicroSD.

Selain televisi, untuk bisa dioperasikan sepenuhnya, Compute Stick memerlukan perangkatmouse dan keyboard yang mendukung koneksi Bluetooth.

Compute Stick membutuhkan sumber daya eksternal dari port USB. Namun, karena ampere pada kebanyakan TV saat ini belum cukup kuat, menurut Hermawan, Intel akan menyediakan adaptor.

"Garansi yang disertakan Intel adalah full replacement selama satu tahun. Kalau rusak, nanti diganti," imbuh Hermawan.


Reska K. Nistanto/KOMPAS.comPetinggi Intel Indonesia memamerkan komputer seukuran ibu jari, Intel Compute Stick dalam acara Intelligent Generations yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa (5/5/2015).
http://tekno.kompas.com/read/2015/05/05/16333427/PC.Windows.8.Seukuran.Flashdisk.Dijual.Rp.1.Jutaan
2. Ideacentre Stick 300

Lenovo Juga Bikin PC Windows 8 Seukuran Flashdisk


Lenovo PC Windows 8.1 seukuran flashdisk, Lenovo Ideacentre Stick 300
KOMPAS.com - Setelah Intel meluncurkan PC seukuran flashdisk, Intel Compute Stick,  pabrikan PC Tiongkok, Lenovo pun tak mau ketinggalan. Mereka baru-baru ini memperkenalkan komputer kecil, Ideacentre Stick 300.

PC seukuran flashdisk buatan Lenovo itu memiliki panjang 3,9 inci, lebar 1,5 inci, dan tebal 0,59 inci, sehingga dimensinya menyamai peranti penyimpanan flashdisk USB.

Ideacentre Stick 300 menjalankan sistem operasi Windows 8.1 dan dilengkapi dengan konektor HDMI untuk terhubung dengan layar TV atau monitor PC.

Lenovo meluncurkan komputer portabel itu untuk menyasar pengguna yang membutuhkan portabilitas, selain menyediakan komputer bertenaga yang bisa dipakai untuk bermain game, browsing internet, dan chatting tanpa harus membeli PC yang besar dan mahal.

"Kami melihat ada kebutuhan komputasi dari orang-orang yang sering bepergian, termasuk pebisnis dan keluarga," ujar Jun Ouyang, General Manager Lenovo Worldwide Desktop and Visuals seperti dikutip KompasTekno dari Cnet, Rabu (24/6/2015).

"Solusi yang portabel dan terjangkau akan menjadi keunggulan signifikan bagi semua kalangan pengguna," imbuhnya.

Ideacentre Stick 300 ditenagai oleh prosesor Intel Atom dengan RAM 2 GB dan penyimpanan internal 32 GB. Selain konektor HDMI, terdapat pula port MicroUSB 2.0 dan slot kartu SD card. Fitur konektivitas nirkabel WiFi dan Bluetooth 4.0 juga disertakan. 

Fitur dan spesifikasi dalam Ideacentre Stick 300 identik dengan Compute Stick buatan Intel. Mungkinkah komputer portabel ini hanya berganti "baju"? Mengingat selama ini Lenovo adalah rekanan dekat Intel.

Ideacentre Stick 300 baru akan dijual Lenovo mulai bulan Juli mendatang di situs resmi Lenovo dan toko retail di seluruh dunia dengan harga mulai 130 dollar AS (sekitar Rp 1,7 juta). Belum diketahui apakah Ideacentre Stick 300 akan diboyong Lenovo ke Indonesia atau tidak.
http://tekno.kompas.com/read/2015/06/25/11292057/lenovo.juga.bikin.pc.windows.8.seukuran.flashdisk

3. Asus VivoStick

Asus VivoStick, Komputer Seukuran Flashdisk dengan OS Windows 1

Setelah marak komputer kecil seukuran flashdisk seperti Intel Compute Stick, kini Asus juga tidak ingin kalah dengan merilis komputer dengan jenis yang sama.
Namanya Asus VivoStick, komputer kecil dengan ukuran kurang lebih mirip dengan flashdisk. Dengan ukuran seperti itu, tidak perlu pusing-pusing untuk membawanya karena Asus VivoStick ini dapat diletakkan di saku celana Anda.

Varian warna dari Asus VivoStick
Varian warna dari Asus VivoStick

Asus VivoStick ini dibekali dengan jeroan yang mumpuni, sebut saja prosesor Intel Cherry Trail yang juga dilengkapi dengan kartu terintegrasi dari Intel Graphic. Selain itu, RAM yang disematkan pada Asus VivoStick sebesar 2GB dengan kapasitas penyimpanan sebesar 32GB. Komputer saku ini juga dilengkapi dengan 2 slot USB 2.0 dan jack 3.5mm untuk headphone.
Untuk beratnya, Asus VivoStick ini hanya memiliki berat sebesar 70 gram saja lho, ringan ya. Untuk menghubungkan ke monitor atau layar TV, komputer saku ini menggunakan konektor HDMI. Konektivitas yang dibenamkan juga lengkap, terdapat WiFi 802.11n dan Bluetooth 4.0. Perlu diingat, Asus VivoStick juga telah mendukung sistem operasi dari Microsoft, Windows 10.
Bicara masalah harga, kabarnya Asus VivoStick ini akan dilabeli dengan harga sebesar 129 USD atau 1.8 juta Rupiah. Namun sayangnya, untuk ketersediannya masih belum diketahui.
http://www.beritateknologi.com/asus-vivostick-komputer-seukuran-flashdisk-dengan-os-windows-10/

Selasa, 08 September 2015

Gusti, Karakter & Kepemimpinan

"Kebanyakan orang mengatakan
intelektualitaslah yang membuat
seorang ilmuwan  hebat. Mereka salah,
yang membuatnya hebat adalah karakter"
- Albert Einstein
Dear Gusti,
Jenderal H. Norman Schwarzkopf pernah
mengatakan, "Kepemimpinan adalah
kombinasi yang sangat kuat dari
strategi dan karakter. Namun jika
harus memilih salah satunya, pilihlah
karakter."
Karakter dan kredibilitas selalu
berjalan bersama. Kepemimpinan tanpa
kredibilitas cepat atau lambat akan
hancur.
Lihat saja kepemimpinan yang
diguncang oleh skandal korupsi, sex
atau hak asasi manusia, seperti yang
terjadi pada mantan presiden Amerika,
Richard Nixon, Bill Clinton atau para
petinggi perusahaan Enron yang
memanipulasi data keuangannya.
Karakter membuat kita dipercaya dan
rasa percaya membuat kita bisa
memimpin. Seorang pemimpin tidak
pernah membuat komitmen kecuali ia
melaksanakannya dan ia benar-benar
melakukan segalanya untuk menunjukan
integritas, sekalipun hal itu tidak
nyaman baginya.
Seorang pemimpin berkarakter kuat
akan dipercayai banyak orang. Mereka
mempercayai kemampuan pemimpin
tersebut untuk mengeluarkan kemampuan
mereka yang tertahan.
Jika seorang pemimpin tidak memiliki
karakter yang kuat, ia tidak
mendapatkan respek dari pengikutnya.
Respek diperlukan bagi sebuah
kepemimpinan yang bertahan lama.
Seorang pemimpin memperoleh respek
dengan mengambil keputusan yang
berani dan mengakui  kesalahannya. Ia
juga lebih mendahulukan kepentingan
terbaik pengikut dan organisasi
dibandingkan kepentingan pribadinya.
Kepercayaan adalah dasar
kepemimpinan. Rusak kepercayaan,
berakhir pulalah sebuah kepemimpinan.

Gusti: Tetapkanlah Standarmu Lebih Tinggi!

"Raihlah bulan, karena jika Anda tidak
bisa mendapatkannya, Anda akan tetap
berada di antara bintang"
  - Anonim 

Dear Gusti yang bercita-cita tinggi, 

Orang yang paling sukses adalah dia
yang menetapkan standar tinggi dan
tak pernah puas dengan apa pun yang
kurang. Anda sebenarnya memiliki
potensi yang tak terbatas dalam
mewujudkan apa yang ingin Anda capai
dalam hidup. Tinggal Anda memiliki
keinginan kuat untuk mewujudkannya
dan menetapkan standar yang tinggi
untuk diri sendiri. 

Orang yang puas hidup biasa-biasa
saja, akan mendapatkan kehidupan yang
biasa-biasa juga karena mereka tidak
memiliki ambisi atau keinginan untuk
mendapatkan kualitas hidup yang lebih
baik. Tetapi jika Anda menetapkan
standar tinggi, standar itu akan
membantu Anda melakukan pekerjaan
dengan lebih baik, bekerja lebih
cerdas dan terus berlatih. 

Ketika Anda menetapkan standar yang
lebih tinggi, Anda akan mencapai
tujuan yang lebih besar dari
sebelumnya yang tak pernah terpikir
oleh Anda bisa terjadi, karena proses
belajar dan pengembangan wawasan Anda
membantu Anda mencapai tujuan
tersebut.